Mohon tunggu...
Meneer Pangky
Meneer Pangky Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger

Blogger | Wiraswasta | meneerpangky.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Darurat Literasi, Catatan Gemaku Memikat

14 Desember 2016   20:16 Diperbarui: 14 Desember 2016   20:25 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peresmian Gerakan Literasi oleh Bupati Indramayu, Anna Sophanah. Dok. Humas Indramayu.

Pada Selasa, 13 Desember 2016, Bupati Indramayu, Anna Sophanah resmi meluncurkan Gerakan Literasi Gemaku Memikat (Gerakan Minat Dan Budaya Membaca Masyarakat) yang berlangsung di Pendopo Indramayu. Pada saat yang sama bupati juga didaulat menjadi ‘Bunda Literasi Kab. Indramayu’.

Terlepas dari kegiatan seremonial dan protokoler tersebut, aku gembira dengan i’tikad baik pemerintah yang ingin menggelorakan gerakan literasi. Sebagai orang yang suka baca, seperti mendapatkan teman dan energi baru untuk menggelorakan kembali pada kecintaan terhadap buku.

Saat Kanjeng Nabi Muhammad ingin mengubah masyarakat jahiliyah di negeri Arab, hal yang pertama diajak adalah gerakan membaca, sebagaimana beliau dapatkan dari wahyu pertama di Gua Hira. Gelombang ajakan ini, dilanjutkan oleh pemimpin-pemimpin Islam berikutnya dengan mengembangkan tradisi keilmuan.

Masyarakat Islam menjadi haus akan keilmuan, perpustakaan dibangun, ilmu-ilmu dari barat dan timur dialihbasakan. Lahirlah kitab-kitab agama dan buku-buku ilmu pengetahuan, dari filsafat, kedokteran, matematika, bahasa, dan lainnya. Kemudian, lahirlah masa keemasan dan kejayaan Islam. Negeri muslim menjadi pusat peradaban dunia. Literasi mengubah jaman jahiliyah menjadi jaman madani.

Kita tengok negeri Indonesia, bagaimana dengan budaya literasinya? Taufiq Ismail pernah melakukan penelitian. Pada tahun 1996 menemukan perbandingan tentang budaya baca di kalangan pelajar, rata-rata lulusan SMA di Jerman membaca 32 judul buku, di Belanda 30 buku, Rusia 12 buku, Jepang 15 buku, Singapura 6 buku, Malaysia 6 buku, Brunei 7 Buku, sedangkan Indonesia 0 buku. Ini tentu memperhatinkan.

Menurut UNESCO, minat baca orang Indonesia itu 0,001. Ini artinya dari 1000 orang Indonesia, yang suka baca hanya 1. Itu untuk bahan bacaan cetak. Tapi, hal menggembirakan sebaliknya. Untuk urusan baca bahan bacaan online Indonesia juara dunia. Urutan keenam dibawah China, Amerika, India, Brasil, dan Jepang.

Berikutnya, ada penelitian di bidang literasi oleh Universitas Negeri Connecticut, Amerika. Menempatkan Indonesia berada pada posisi 60 dari 61 negara yang diteliti. Hanya diatas dari Botswana, sebuah negara miskin di Afrika. Mau marah mau terkejut, gimana lagi? Faktanya begitu.

Menjadi kegelisahanku, saat kondisi ini ada di masyarakat. Terutama tentang kesadaran arti penting budaya literasi. Ada anggapan bahwa membaca itu hanya menghabiskan waktu dan uang. Membaca tak mendatangkan manfaat dan keuntungan. Lebih baik bekerja, jelas mendapatkan uang.

Bahkan kegelisahanku menjadi-jadi saat anggapan ini menimpa juga pada kalangan terpelajar, yakni pelajar dan mahasiswa. Mereka membaca hanya saat menjelang ujian. Hal itu dilakukan guna mendapatkan nilai baik. Sebagian kaum terpelajar ini tak mau membaca untuk kepentingan lain. Prihatin betul melihat fenomena ini.

Keadaan seperti itu diperparah juga oleh mahalnya buku dan minimnya perpustakaan. Harga mahal membuat buku tak bisa dibeli semua orang. Diperparah juga oleh anggapan, membeli buku bukan kebutuhan. “Priwen arep tuku buku? Kanggo kebutuhan sedina-dina bae keterek-terek. Endas dadi sikil, sikil dadi endas, awan bengi mekaya, badan remek sampe kaniyaya.”

Selain mahalnya buku, juga minimnya perpustakaan. Saban kecamatan dan desa sebagian besar tidak punya perpus, untuk ke perpustakaan kabupaten kejauhan, berada di kota. Jika ada, tata kelolanya amburadul, koleksi bukunya terbatas. Mengakibatkan pengunjung jadi bosan, koleksinya itu-itu saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun