Tepatnya pertengahan tahun 2016, saya dalam kesempatan tak terduga bersua dengan Kuwu Ermanto.[1] Sini dululah kita ngobrol! ajak Kuwu kepada saya dengan hangat. Saya pun lantas mendekat. Setelah basa-basi dan menanyakan soal gerakan pemuda di desa, obrolan kami lebih serius meskipun terkesan sesantai di warung kopi. Ia secara langsung mengajak membedah potensi desa.
Obrolan kami sempat terputus karena kedatangan Ketua LPM, Malang Kusni. Lalu, Kuwu menjelaskan lebih lanjut bahwa desa potensi utamanya adalah pertanian. Menurutnya, hamparan lahan sawah seluas 600 Ha lebih dengan saluran irigasi lebih dari 20 km. Maka, menyejahterakan warga desa adalah dengan proteksi pertaniannya.
Paparannya itu diamini oleh Ketua LPM dengan anggukan setuju. Nah, bagaimana pandanganmu jika BUMDes desa kita membeli excavator saja? Bisa kamu lihat saluran irigasi di depan rumah saya itu, setelah dinormalisasi debit airnya meningkat. Tentu, lahan sawah yang terlewati dan mengambil sumber air dari saluran tersier ini ke depannya tidak akan kesulitan air lagi.
Kita butuh excavator kecil, kita beli dan jadikan aset BUMDes, iya kan? Insyaallah pas shalat Idul Fitri masyarakat bisa melihat excavator yang sudah parkir. Saya terdiam sejenak. Berpikir. Diam. Sebentar kemudian saya lihat Kuwu tak sabar mendengar pandangan saya.
Lantas saya ngomong, kalau membahas tujuan dan peluang yang dijelaskan, jelas jasa rental excavator terbuka lebar. Apalagi pangsa pasar sudah ada. Jadi, 'job' itu datang sendiri dan 'mengetuk' pintu kantor bumdes. Saya pun langsung mengangguk setuju dengan terobosan yang akan dilakukan.
Tak berselang lama, memang saya lihat ada excavator kecil warna biru diparkir depan balai desa. Dalam hati, benar saja obrolan saat itu. Waktunya persis saya saksikan pas hari raya, ketika saya lewat depan balai desa untuk silaturahmi lebaran ke rumah uwak dan paman.
**
Jelang beberapa waktu, saya kedatangan tamu. Pagi-pagi benar. Saya pun masih terlelap. Saya menduga ada masalah penting, hingga harus disamperin ke rumah mertua. Istri mempersilahkan masuk dan membuat minuman, sedang saya bersiap. Saya agak terkejut yang datang Diyanto, sepupu kuwu.
Nggak banyak omong, ia langsung menjelaskan tujuannya. Katanya saya diminta untuk datang ke balai desa sedang ditunggu kuwu. Saya mikir pasti ada sesuatu yang penting hingga harus datang ke rumah mertua, padahal lokasinya beda desa dan kecamatan. Saya pun bersiap.
Setiba di balai desa saya ditodong untuk menjadi pengurus BUMDes bersama Diyanto dan Ega. Tercengang dan belum bisa ngomong. Tapi, pasrah tak kuasa menolak. Bismillah saja. PR besar didepan menunggu. Kami bertiga pun lantas mulai bekerja, menyusun, dan menyiapkan administrasinya. Padahal, saya buta sama sekali dengan bisnis rental alat berat ini. Tancap gas, studi sana-sini. Alhamdulillah dimudahkan, karena dibantu oleh Syamsul, operator excavator PT Satria Pringgandani. Setelah adminitrasi pendirian dan sistem bisnis rental telah dibuat, plong rasanya. Tinggal marketing dan cari penyewa.
Pertanyaan pe-rental dan kolega-kolega bumdes desa lainnya saat berjumpa, senantiasa spontan tanya modalnya darimana? Kok bisa bumdes beli alat berat yang harganya ratusan juta hingga milyaran. Saya pun jelaskan, BUMDes Jaya Makmur yang didirikan pada 16 Agustus 2016 dengan Perdes Tugu No. 4 tahun 2016 memiliki modal yang berasal dari Dana Desa dan PADes Tugu yang berasal dari hasil lelang tanah pangon.