Mohon tunggu...
Meneer Pangky
Meneer Pangky Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger

Blogger | Wiraswasta | meneerpangky.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menilik Motif Ridwan Kamil Mengulur-ulur Wagubnya

27 Desember 2017   19:03 Diperbarui: 27 Desember 2017   19:26 1219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah Partai Golkar mencabut dukungannya kepada Ridwan Kamil--Daniel Mutaqien  lalu melimpahkan kepada Dedi Mulyadi. Lantas, PPP dan PKB mengultimatum akan menarik dukungannya. Ridwan Kamil seakan bergeming dan tetap mengulur-mengulur deklarasi bacawagubnya. Strategi apa yang tengah dimainkan RK?

Ketika pernyataan Wapres Jusuf Kalla yang menyebut surat cabut dukungan itu sebagai bentuk incredible. JK mengatakan pencabutan rekomendasi harus didasari alasan tepat. Dia khawatir apabila Golkar terus inkonsisten, persepsi masyarakat kepada partai akan terkikis. "Ya selayaknya kalau mau dicabut harus dengan alasan betul-betul baik. Kalau sudah ada komitmen lain kali, suka berubah-ubah, Golkar keluarkan rekomendasi nanti orang malah tidak anggap," kata JK di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Selasa (19/12) sebagaimana dilansir rmol.co

Tentu menarik menerka arah pernyataan JK tersebut setelah kedua tokoh itu bertemu. Apalagi setelahnya RK selalu mengulur-ngulur siapa pendampingnya. Patut diduga RK masih berharap dapat wakil dari Golkar dengan catatan selain Dedi Mulyadi. Ia masih mengharapkan Daniel Mutaqien.

Seiring keluarnya rekom baru kepada Dedi Mulyadi hingga saat ini, partai beringin belum menentukan lagi siapa pasangan calon yang akan diusung di pilgub tahun depan. JK seakan menggiring opini bahwa keputusan ini berbahaya bagi perkembangan Golkar di Jabar. Kebijakan politik Partai Golkar yang selalu tidak konsisten bisa menyebabkan masyarakat Jabar tidak simpati dengan Golkar. Ini bisa menyebabkan suara Golkar anjlok di Pilgub Golkar.

Manuver yang dilakukan dengan menarik dukungan ini tidak etis dan bisa menimbulkan gejolak besar di Jabar. Padahal, setelah Golkar mendukung pasangan Ridwan Kamil--Daniel Mutaqien kader sudah bersemangat untuk memenangkan pasangan ini. Bahkan, spanduk Ridwan Kamil-Daniel Mutaqien sudah tersebar di seluruh Jabar. Dengan penarikan dukungan ini, bisa merusak kerja politik pasangan dan para kader Golkar di daerah.

Benarkah RK mengulur-ngulur siapa pasangannya? Terlalu dini menyimpulkan demikian. Justru sepertinya RK mencari celah agar ia tetap dapat dukungan Golkar lagi dan didampingi Daniel Mutaqien. Sebagaimana dilansir kompas.com Nurdin Halid menyatakan Ridwan Kamil sampai tiga kali meminta dipasangkan dengan Daniel Mutaqien. Tapi, tetap menolak dengan Dedi Mulyadi.

Dengan mengulur waktu itu kemungkinan dapat dukungan Golkar lagi masih terbuka, sebab masih ada waktu dua minggu lagi. Apalagi pasangan lainnya masih dinamis dan belum ada yang fix. Misalkan, Sudrajat -- Nety/Syaikhu [Gerindra, PKS]. Anton Charliyan - Iwa Karniwa [PDIP]. Ridwan Kamil-Daniel Mutaqien [Nasdem, PKB, PAN, Hanura]. Dedi Mizwar-UU [Demokrat, PPP]. Dedi Mulyadi - ......... [Golkar].

Dengan komposisi di atas masih bisa bongkar pasang. Misalnya, Nety dan Syaikhu yang berebut posisi wagub. Posisi Iwa Karniwa juga bisa saja digantikan oleh Dedi Mulyadi hingga membentuk koalisi PDIP dan Golkar. Dedi Mulyadi sudah meminta Dedy Mizwar dan UU Ruzhanul untuk menjadi wagubnya tetapi mereka berdua menolak. Dedy Mizwar sudah meminta PPP/UU untuk bersedia menjadi wagubnya, dan PPP mempertimbangkannya karena RK dianggap terlalu lama menggantung, sementara RK mengulur waktu berharap Golkar bisa kembali.

Hemat kata, Dedi Mulyadi akan sulit maju jika memaksakan diri sebagai gubernur. Satu-satunya peluang adalah bersedia sebagai wakil gubernur, misalnya berpasangan dengan cagub PDIP. Ridwan Kamil-Daniel Mutaqien masih berpeluang bisa terwujud kembali setelah situasi Dedi Mulyadi gagal membangun koalisi.

Jika tak segera ada deadline untuk Dedi Mulyadi, maka Golkar akan tersandera oleh Dedi Mulyadi dan berujung gagal tak bisa mengusung siapapun pada Pilgub jabar. Dedi Mulyadi gagal membangun koalisi karena beberapa hal, diantaranya. Persepsi publik soal aqidah, persepsi soal kesundaan/ethnocentris/sunda wiwitan, persepsi soal cara fundraising yang menekan dan mengorbankan anak buah. Hal tersebut sudah menjadi wacana umum dan pergunjingan diantara politisi lintas partai di Jabar.

***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun