Sebentar lagi akan digelar ujian Nasional bagi para pelajar Indonesia. Yang kata menteri Nadiem tahun 2020 adalah ujian terakhir bagi siswa-siswi Indonesia. Sebab setelah ini tidak akan ada lagi ujian Nasional yang dirasa menjadi beban bagi siswa dan tidak menjadi tolok ukur kemampuan siswa dalam menyerap ilmu dari sekolah.
Terbukti banyak siswa yang  dipandang pintar, mewakili sekolah dalam olimpiade fisika di luar negeri. Tapi memperoleh nilai jeblok saat ujian. Bahkan para bintang kelas yang mestinya bisa menggarap dengan sukses soal-soal harian di kelas, tak mampu menjinakkan soal-soal yang dibuat berdasarkan standar nasional pendidikan Indonesia.
Lalu ke mana sebenarnya arah dan tujuan menteri Nadiem untuk menghilangkan ujian Nasional dari daftar program pendidikan Indonesia ?
Ini sebenarnya yang patut kita apresiasi. Yang mengetahui kondisi secara persis para murid adalah sekolah. Atau guru yang mengampu mata pelajaran yang bersangkutan.Â
Yang paling mengetahui kemampuan para siswa dalam semua bidang studi adalah para guru bidang studi. Sebab mereka yang memberikan pelajaran setiap hari. Dan mengukur kemampuan siswa dengan  berbagai ujian kemampuan dalam kelas.Â
Sehingga sangat layak bila soal-soal ujian dibuat dan dikerjakan oleh guru yang bersangkutan dengan pedoman juklak-juknis sesuai arahan pemerintah pusat.Â
Dengan soal ujian yang dibuat sendiri oleh sekolah yang bersangkutan, kemampuan siswa akan terukur secara optimal. Sebab yang keluar  di soal ujian memang berdasarkan materi yang diajarkan oleh para guru pengampu bidang studi.
Bukan soal seperti "kucing dalam karung" tak bisa diterka dan dikira-kira, sehingga membuat para peserta ujian kelabakan saat menggarap soal. Sehingga wajar bila saat ujian nasional banyak terjadi kecurangan, kebocoran soal, kebocoran kunci jawaban, karena ada orang-orang yang sudah kehabisan cara bagaimana mengerjakan soal ujian.Â
Soal ujian yang dikirim dari pusat terkadang menjadi peluang bisnis bagi para oknum penyelenggara ujian justru menjadi sumber kekacauan. Seperti yang dirilis oleh Kompas.comÂ
Kepolisian Resor Ketapang mengamankan Rustam Efendi alias Rustam, guru honorer di sebuah sekolah dasar negeri di Ketapang karena menjual kunci jawaban Ujian Nasional (UN) SMA, Minggu (9/4/2017)
Ujian Nasional  memang menjadi penentu kelulusan siswa,  mungkin saat ini anak-anak yang nilai ujiannya jelek tetap lulus. Tapi hasil yang didapatkan dari NEM (Nilai Ebtanas Murni) menjadi alat bersaing yang sangat lemah untuk mendapatkan bangku lanjutan pendidikan seperti perguruan tinggi negeri misalnya.