Mohon tunggu...
Mas Nawir
Mas Nawir Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta/Penulis lepas

Vlogger Blogger Youtuber

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mati dalam Kesendirian

17 Januari 2020   01:23 Diperbarui: 17 Januari 2020   01:23 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustras /pixabay

Teriakan marah itu terdengar keras dari balik tembok. Batas antara rumah satu dengan yang lain hanya sebaris tembok. Jadi kalau tetangga ribut pasti terdengar keras dan sering mengganggu.

Itu suara tetangga belakang rumah yang batasnya hanya tembok setinggi empat meter.  Lalu terdengar suara sesuatu dibanting. Braaak!!  Dan selanjutnya suara tangisan selalu menghiasi  akhir cerita. Setelah itu senyap atau sesekali terdengar daun pintu dibanting.

Itu terjadi beberapa tahun yang lalu. Dan selalu saya ingat. Meskipun saya tak berniat mengingatnya.

Keluarga yang tinggal di belakang rumah saya memang kurang harmonis. Setiap hari pasti ada pertengkaran entah apa pemicunya .

Sebut saja Pak Bowo (bukan nama sebenarnya), tetangga saya ini  memang hobinya  marah-marah. Baik pada keluarganya, maupun kepada orang lain.Bahkan kesalahan sedikit saja bisa membuat ia mengumpat dengan kata-kata   kotor.

Pernah suatu hari kami sekeluarga dimarahinya. Karena kami memasak pakai kayu bakar dan asapnya masuk rumahnya. Bahkan ia minta kepada pengurus RT setempat agar mau mengusir saya karena telah mengganggu kenyamanannya.

Akhirnya saya mengalah menggunakan gas elpiji untuk memasak, daripada masalah berlarut-larut.

Konon Pak  Bowo adalah keturunan orang kaya di Semarang. Ayahnya adalah seorang pejabat BUMN pada masa jayanya. Dan pemilik toko swalayan pertama kali di Semarang.

Semua saudaranya menjadi orang sukses. Dan mendapat harta warisan yang melimpah dari orang tuanya. Hanya bedanya, semua sudaranya berpendidikan tinggi, sementara Pak  Bowo yang bandel hanya cukup tamat SMA.

Sepeninggal orang tuanya, semua saudaranya menjadi Pejabat. Sementara Pak  Bowo hanya menjadi seorang satpam pada sebuah Bank.

Menurut cerita istrinya, Pak  Bowo hidup sangat boros. Gemar jajan dan berfoya-foya. Sampai kemudian hartanya habis tak tersisa untuk modal kesenangannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun