Pada bulan April 2019 nanti, kembali ritualitas dunia pendidikan Indonesia bidang pendidikan dasar dan menengah akan menyelenggarakan perhelatan besar tahunan yang bernama Ujian Nasional  atau UN. Perhelatan besar ini menjadi ajang kompetesi,  pertaruhan prestasi dan prestise bagi siswa, keluarga, sekolah, bahkan nama daerah. Terlebih lagi  pada tahun 2019 nanti, sebagian sekolah melaksanakan UN yang berbasis komputer (computer based test) atau yang lebih dikenal dengan UNBK.
Tentu dengan UNBK  tersebut semakin menambah tantangan dan kompetisi antar peserta didik, sekolah, dan daerah. Semua pihak berharap, terutama orangtua dan sekolah,  agar peserta UN tahun ini dapat menorehkan hasil yang terbaik.  Harapan yang  semua pihak pula agar penyelenggaraan UN tersebut berjalan tertib dan lancar, dan tentunya juga hasil yang memuaskan.
Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah. Konsep merupakan  perwujudan semangat kebersamaan dalam menyiapkan masa depan anak bangsa. Keluarga merupakan lembaga pendidikan dan lingkungan pertama dan utama bermula terjadinya  suatu proses pendidikan bagi anak sebelum dia memasuki sekolah formal.
Menghidupkan dan mengoptimalkan kembali peran keluarga dalam mendukung pendidikan anak adalah sesuatu hal yang wajar dan sangat rasional. Harapannya, ke depan ada hubungan yang sangat sinergis  antara sekolah dan keluarga dalam membina dan membimbang anak sehingga terjadi hubungan komunikasi yang memberikan dampak positif bagi prestasi belajar anak dan mutu pendidikan Indonesia.Â
Dunia pendidikan Indonesia selama ini masih mengalami dan menghadapi berbagai permasalahan yang kompleks. Namun demikian, berbagai permasalahan tersebut semestinya dapat diatasi dan diurai secara tuntas dan menyeluruh. Salah satu pihak yang perlu dilibatkan dan ditingkatkan kembali fungsinya dalam mendukung mutu pendidikan Indonesia adalah keluarga.
Keluarga banyak berperan penting dalam menentukan mutu pendidikan. Peran dan fungsi keluarga selama ini belum banyak diberdayakan secara baik dalam rangka mendukung upaya peningkatan mutu pendidikan Indonesia. Sejumlah penelitian menunjukkan, keterlibatan orangtua yang lebih besar dalam proses belajar berdampak positif pada keberhasilan anak di sekolah.
Keterlibatan orangtua juga mendukung prestasi akademik anak pada pendidikan yang lebih tinggi serta berpengaruh juga pada perkembangan emosi dan sosial anak. Orangtua, khususnya ibu, Â biasanya punya banyak waktu bersama anak dirumah. Perwujudan peran keluarga dalam mendukung pendidikan anak selama ini melalui penciptaaan lingkungan belajar yang kondusif di rumah.
Kenyatan menunjukkan bahwa anak lebih banyak berada dalam lingkungan keluarga di bandingkan dengan sekolah. Kegiatan pembelajaran di sekolah mungkin hanya 6-8 jam sehari, sedangkan 16-18 jam berada di rumah. Lingkungan rumah yang kondusif sangat diperlukan agar anak dapat betah dan tenang belajar. Kehidupan keluarga yang harmonis merupakan prasyarat  yang menentukan kenyamanan dan ketenangan anak  belajar di rumah, terlebih jika orangtua secara langsung mendampingi dan membimbing anak dalam belajar di rumah.
Komunikasi yang terjalin selama ini antara orangtua dan sekolah pada kenyataannya lebih bersifat satu arah dan terkesan formalitas belaka. Orangtua datang dan bertemu guru atau pihak sekolah hanya pada saat tertentu saja, seperti mengambil rapor dan ijazah anaknya, sedangkan selebihnya sangat jarang bertemu dan berkomunikasi secara langsung. Kondisi ini menyebabkan terjadi 'miskomunikasi' yang terkadang berdampak negatif kepada anak.
Dengan mengoptimalkan peran orangtua atau keluarga dalam pendidikan anak diharapkan dapat meluruskan kembali pandangan yang kurang tepat,  bahwa peran keluarga adalah sekunder, karena  pengetahuan formal sudah mereka dapatkan di bangku sekolah. Dalam rangka membangun sinergi yang  kuat untuk mewujudkan mutu pendidikan, khususnya prestasi belajar anak, maka orangtua dan sekolah perlu membangun hubungan komunikasi yang baik