Mohon tunggu...
MJK Riau
MJK Riau Mohon Tunggu... Administrasi - Pangsiunan

Lahir di Jogja, Merantau di Riau

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kandasnya Langkah Politik Karena Hilangnya Ijazah SMA!

18 Desember 2018   06:29 Diperbarui: 18 Desember 2018   06:40 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: https://explorewisata.com/2017/07/tempat-wisata-di-jogja.html

sebelumnya

Postingan Politik

eps 4

Kandasnya Langkah Politik Karena Hilangnya Ijasah SMA!

Menjadi mahasiswa UGM merupakan kebanggaan tersendiri bagi anak anak muda seperti saya di "kampung kota" Jogja. Bagaimana tidak, sebagai anak anak muda yang hidup dari dana pensiun yatim piatu, yang belakangan baru ketahuan kalau mempunyai batas pada usai 25 tahun, kami tiga bersaudara dapat kuliah semua di UGM. Jangankan naik bus kota untuk berangkat kuliah ke Bulak Sumur, kampus biru itu, yang akan menerima sindiran dari sesama anggota keluarga. Namun juga tidak harus terkejut, kalau sudahlah jalan kaki lebih dari 5 kilo meter dari Bulak Sumur ke jalan Mataram, sebelah Malioboro yang terkenal itu, sampai di rumah hanya makan dengan "jangan bening". 

Suatu hari saya ingin naik bus kota pulang dari kampus. Untuk itu saya menunggu kakak perempuan saya, yang kuliah di Farmasi. Saya menunggu di sisi barat Gedung Pusat, supaya tidak ketahuan kakak saya kalau mau ikut naik bus kota. Saya bermaksud untuk nanti akan langsung melompat ke arah bus kota, jika saya sudah melihat kakak perempuan saya itu, naik bus kota. Namun saya terkejut, karena saya lihat kakak perempuan saya ke luar dari Farmasi terus belok kanan dan berjalan kaki. 

sumber: https://ultraamed.wordpress.com/tag/tugu-jogjakarta/
sumber: https://ultraamed.wordpress.com/tag/tugu-jogjakarta/
Saya pikir, mungkin kakak perempuan saya itu akan naik di tempat lain, maka saya ikuti langkah kaki kakak perempuan saya itu dari belakang. Saya belum ingin ketahuan, kalau bermaksud ingin ikut, jika dia naik bus kota. Tetapi semakin jauh, kakak perempuan saya itu terus saja berjalan kaki. Tentu saja setelah menyeberang Jembatan Sayidan yang letaknya di dekat Tugu Jogja, saya mau tidak mau lalu mendekati kakak perempuan saya. 

Dia tersenyum ketika saya cerita kalau tadi saya bermaksud ingin menumpang naik bus kota, jika kakak saya itu juga naik bus kota. Dia hanya bilang, kalau sedang tidak punya uang, kita jalan saja lewat jalan jalan kecil ini, kan agak teduh, kata kakak saya itu, sambil tetap tersenyum. Sesampai di rumah kami pun dengan lahap makan nasi dengan lauk "jangan bening". Sayur kol yang direbus, memang sangat segar dan tentu saja sedap pada saat itu. Masya Allah. 

Dengan kondisi ekonomi yang kembali surut karena persediaan uang beasiswa saya yang semakin menipis, saya belum juga mampu eksis kuliah di tempat yang baru. 

Kebiasaan tidak pernah membeli buku, dan hanya bermodalkan kertas buram dan pena, yang sempat membuat saya masuk peringkat  waktu belajar di BenSLA, tidak lagi mampu menyerap ilmu-ilmu perkuliahan di UGM, tempat saya berjumpa dengan teman saya yang kaffah Eddy Sukarsa, pengusaha Elniwa Henny Maria dan Pengusaha Silver Priyo Salim sekarang ini.  

Menjelang akhir tahun ajaran, ketika pulang dari study tour dari Bali, saya utarakan kepada kakak perempuan saya, kalau saya ingin pindah ke IKIP. Saya ingin menjadi guru matematika saja. Saya kayaknya lebih senang mempelajari matematika dari pada disiplin ilmu lain. Saya bermaksud melakukan langkah politik lagi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun