Mohon tunggu...
MJK Riau
MJK Riau Mohon Tunggu... Administrasi - Pangsiunan

Lahir di Jogja, Merantau di Riau

Selanjutnya

Tutup

Politik

Anies Murid Politik JK?

14 Oktober 2018   09:30 Diperbarui: 14 Oktober 2018   13:55 569
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: m.merdeka.com

PPI secara mengejutkan membuat lomba menulis dengan tema Alasan Anies Menolak Jadi Cawapres. Suatu tema yang sangat menarik tentunya. Di tengah hingar bingar pertarungan citra antara tim pemenangan kampanye Pilpres, mengungkit sosok Anies dapat diletakkan pada posisi yang bagaimana? 

Anies sempat membuat heboh negeri ini, bukan karena berhasil mengalahkan Ahok, namun karena pidato pengangkatannya sebagai Gubernur DKI. Ada bola panas "Pribumi" yang dimunculkan Anies. 

Kontan pidato seolah menegaskan akan munculnya tokoh baru dalam dunia perpolitikan Indonesia. Ibarat Game of Throne, Anies dapat dianggap tokoh tidak terduga yang muncul untuk menyelesaikan masalah. Dorongan  dan tentu juga tantangan langsung menghentak Anies dalam berbagai sisi.

Dari jarangnya Anies terlibat dalam berbagai acara kenegaraan tingkat nasional di Jakarta, yang nota bene Anies sebagai "Penguasa" wilayahnya, sampai akhirnya muncul sebutan Gubernur Indonesia. Anies sudah dianggap sebagai aktor dalam Game of Throne. Namun pada saat hari H keputusan itu dibuat, Anies tidak muncul dalam Ajang Pilpres 2019. 

Bahkan konon permintaan Prabowo kepada Anies pun ditolak. Ada apa dengan Anies ? Anies yang bahkan narasi kepemimpinannya sangat intelektual ketika menjadi Gubernur DKI, melebihi pesona Anies baik pada gelombang "Indonesia Mengajar" yang menelusuri berbagai pelosok bumi Indonesia, melebihi performa Anies sebagai Mendikbud yang mungkin bahkan terlalu berat beban tehnis yang harus dipikulnya, sebagai Cendekiawan ? Suatu asumsi yang debatebel tentunya. 

Lalu mengapa Anies begitu membahana  pada saat mendapat tugas sebagai Gubernur DKI. Sampai sampai muncul asumsi bahwa Gubernur DKI dianggap sebagai batu loncatan untuk menjadi Presiden. Aturan main untuk mencalonkan diri sebagai Capres Cawapres bagi Gubernur dan Wagub pun muncul. Anies dapat saja "terhalang" oleh aturan yang baru saja muncul tersebut. 

Namun satu hal yang mungkin luput dari perhatian orang banyak, karena Anies sudah tidak lagi dianggap berpengaruh dalam Game of Throne adalah bahwa sejak munculnya Anies di Pilkada DKI, Anies itu adalah murid politik JK. Dalam berbagai kesempatan ketika Anies berada dalam situasi sulit, maka JK datang membantu, mendorong dan memback-up Anies secara langsung tanpa 'tedeng aling aling'. 

Jadi tidak perlu  heran kalau kemudian Anies menolak uluran tangan Prabowo. Anies lebih menonjol narasi intelektualitasnya, namun Anies tidak punya massa yang besar. Bagaimana mau berlaga di pentas Indonesia kalau hanya berbekal narasi inteletual. Almarhum Cak Nur intelektual jaman sebelum Anies, ketika ingin ikut berlomba menjadi Capres dari Golkar mengungkapkan hal itu dengan "gizi". Apalagi kalau Anies tidak mendapat dukungan dari guru politiknya. 

Satu hal yang tidak dapat dipungkiri, bahwa Anies itu murid politik JK. Tanpa dorongan, bantuan, dukungan JK, Anies tidak akan muncul sebagai tokoh Nasional. 

Narasi tidak ingin menghianati Prabowo, jika harus berpasangan dengan tokoh lain, Muhaimin Iskandar misalnya, atau tidak ingin terkesan balas dendam karena pernah diberhentikan sebagai Mendikbud, atau tidak ingin membuat warga DKI gaduh mengingat usaha membuat warga DKI solid bukan suatu hal yang mudah, atau bahkan karena untuk menyelesaikan janji janji politik pada masa kampanye. 

Itu semua adalah narasi politik Anies. Namun di balik itu semua adalah ada kemungkinan Anies "tidak mendapat  restu" JK. Anies adalah murid politik JK. Murid yang baik akan patuh kepada Gurunya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun