Mohon tunggu...
Ahmad Indra
Ahmad Indra Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

Aku ingin begini, aku ingin begitu. Ingin ini ingin itu banyak sekali

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Romansa Perlawanan FPI terhadap Pemikiran Wahabi

4 April 2019   16:29 Diperbarui: 8 April 2019   23:02 2382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Wahabi bukan istilah asing dalam khasanah golongan kekinian umat Islam. Namanya dinisbatkan kepada putra seorang ulama mazhab Hanabilah asal Nejd, Muhammad bin Abdul Wahhab. Sekte ini kini populer dengan sebutan Salafi. Sebutan Muwahiddun juga merujuk pada golongan yang sama.

Dai-dai Salafi begitu populer terutama di kalangan milenial karena metode dakwahnya  yang komprehensif, memberikan kesan bahwa Islam ala Salafi adalah Islam yang kokoh di atas sunnah karena setiap hal selalu dibarengi dengan dalil-dalil baik yang berasal dari al-Quran maupun al-Hadits. Sebutlah nama semisal Khalid Basalamah, Syafiq Basalamah, Firanda Andirja, Yazid bin Abdulqadir Jawwaz ataupun Yahya Badrusalam yang kerap muncul di media seperti Yufid TV atau Rodja.

Namun apakah hal itu membuat ajaran Salafi diterima luas oleh berbagai kalangan di Indonesia?

Tidak. Adalah jargon mereka sendiri yang menghalangi hal itu. Dengan dalih mengembalikan umat kepada al-Quran dan al-Sunnah, yang diikuti dengan perilaku para pengikut baik para pendakwah maupun awamnya, Salafi justru kerap menimbulkan friksi di tengah masyarakat.

Perilaku pengikut Salafi yang kerap mendiskreditkan amaliyah umat Islam lain menjadi pemicu munculnya antipati umat Islam lain terhadap sekte ini. Masalah yang menjadi tema perdebatan meliputi masalah akidah hingga peribadatan yang sifatnya furu' / cabang.

Sebutlah diantaranya masalah "ushalli", dzikir berjamaah selepas shalat fardlu, perayaan Maulid Nabi, tawassul dan tabarruk ke makam para alim, tahlilan dan yasinan serta tradisi-tradisi Islam lainnya.

Bukan tanpa pembelaan, tuduhan-tuduhan miring Salafi bahwa tradisi tersebut melanggar syariat atau dalam bahasa spesifiknya mengada-adakan ibadah jenis baru di luar yang sudah digariskan baginda nabi (bid'ah dhalalah) itu justru melahirkan banyak literatur maupun kajian ilmiah.

Pembelaan tersebut datang diantaranya dari elemen ormas Islam yang dikomandoi Habib Rizieq Syihab, FPI. Habib Rizieq sendiri kerap memberikan counter terhadap Salafi dalam berbagai permasalahan. 

Dalam ceramahnya di Markaz Syariah, Habib Rizieq pernah mengkritik keras Yazid bin Abdulqadir Jawwaz yang dalam bukunya - Mulia Dengan Manhaj Salaf - memasukkan Asy'ariyah dan Maturidiyah ke dalam golongan paham yang menyimpang.

Dalam pembelaannya, Habib Rizieq menukil tulisan ulama ahlussunnah terkemuka Saudi, Sayyid Muhammad bin Alwi al-Maliki al-Hasani, Mafahim Yajib an Tushahhah. Kitab ini berisi dalil-dalil pembelaan terhadap tudingan Salafi terhadap amaliyah-amaliyah ahlussunnah yang mereka sebut sebagai bid'ah yang tercela.

Dalam kesempatan lain, Habib Rizieq membantah keras keyakinan Salafi tentang kedudukan orang tua nabi di akhirat. Orang tua nabi adalah kafir sehingga nerakalah tempatnya, begitu kata Salafi yang berdalil dengan teks salah satu hadits nabi. Namun hal itu dibantah dengan dalil lain yang kemudian menyimpulkan bahwa ayah dan ibu nabi adalah ahli fatrah, terbebas dari neraka karena berada di masa sebelum datangnya kenabian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun