Mohon tunggu...
Mas Gagah
Mas Gagah Mohon Tunggu... Dosen - (Lelaki Penunggu Subuh)

Anak Buruh Tani "Ngelmu Sampai Mati"

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Dendam Turunan Dosen Pembimbing Tesis

13 Januari 2020   13:44 Diperbarui: 16 Januari 2020   22:06 1571
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi lulus kuliah. (sumber: shutterstock via kompas.com)

"Susah ditemui mas. Sudah saya wa juga tidak dibalas. Saya tungguin di ruangan juga tidak ada. Kadang dia pamit pergi sebentar, tapi gak balik lagi.."

Keluhan ini datang dari teman saya. Dia hendak menyelesaikan tesisnya di sebuah kampus negeri. Baru tahap revisi setelah ujian seminar tesis. Kondisi itu dikeluhkan pada saya. Untuk menyelesaikan kuliah itu, memerlukan biaya yang lumayan mahal. Tiap semester dia harus membayar kurang lebih Rp. 7.000.000,-.

"Yah, harus sabar. Coba wa lagi, atau temui di kelas saat mengajar" Saya memberikan petuah.

"Sudah saya coba mas. Tapi yah begitulah. Tesis dibawa dia. Katanya mau dibaca. Tetapi malahan tidak pernah dibalikkan. Setiap saya tanyakan lewat wa gak pernah dibalas.." Keluh teman saya.

Kondisi itu juga pernah saya rasakan. Betapa sulitnya menemui dosen pembimbing. Saya mengatakan dosen itu sangat sombong atau apalah. Bagaimana tidak, sudah saya wa, dibacanya, tetapi tidak dibalas. Apa susahnya membalas wa saya. Misalnya dengan kata singkat 'datang ke ruangan saya'. Jaman sudah sedemikian modern, membalas wa saja tidak mau.

Pernah satu kali karena tidak membalas wa, saya datang ke kantornya. Saya menunggu hampir setengah hari. Setelah menunggu lama, apa dia bilang 'besok datang lagi ke sini'. Bayangkan, bagaimana perasaan anda jika mengalami kondisi seperti ini. Rasa-rasanya pengin ajak berantem itu sang dosen.

Di kampus itu saya bukan pengemis. Setiap semester saya harus mengeluarkan uang kurang lebih Rp 7.000.000,- Jumlah sangat besar bagi saya. Jika mundur satu semester saja, saya harus berapa total yang harus saya bayar. Hanya karena susah menemui sang dosen pembimbing Tesis.

"Sang dosen pembimbingnya susah ditemui. Jika itu yang terjadi, maka ada dendam yang dia turunkan pada mahasiswa."

Tapi, niat mengajak berantem dosen itu saya urungkan saja. Pilihan saya hanyalah bersabar. Pokoknya bersabar meskipun dengan perasaan hati panas membara. Pada akhirnya target saya menyelesaikan Tesis agak mundur. Sepertinya bukan karena saya bodoh atau tidak bisa menulis. Tetapi karena sulitnya menemui sang dosen pembimbing.

Untuk menemui dosen pembimbing itu, saya harus meluangkan waktu. Menembus kemacetan Jakarta hingga berjam-jam. Harus juga meninggalkan jam kerja dengan buru-buru dan kembali juga buru-buru. Jika pada akhirnya sampai di kampus, sang dosen sulit ditemui, hancurlah perasaan saya.

Maksud saya, sekarang ini kan sudah ada wa atau telepon. Jika saya wa dan dia memang tidak dikampus, balaslah wa saya itu. Balas singkat saja juga boleh 'Saya tidak ada di kampus. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun