Bingung hendak menulis apa. Maka, saya tulis saja kisah ini saja. Semoga menjadi pelajaran bagi orang yang membaca. Tak apalah, jikapun hanya sedikit orang yang membaca. Yang penting ide dalam otak saya sudah dituliskan.
"Tumben rapi sih mas? Kok wangi banget...?"
Pertanyaan itu keluar dari bibir istri saya. Beberapa waktu saya hendak mengajar. Pertanyaan yang sebenarnya adalah perwalian hati. Seorang wanita memang begitu. Selalu didominasi oleh rasa cemburu.
"Iya dek ngajar. Kelas wanita...."
Jawaban saya tegas dan lugas. Tetapi sambil tersenyum lucu. Hendak menggoda kecemburuan istri saya. Wanita memang didominasi oleh perasan cemburu. Tidak pernah ada yang salah dengan namanya cemburu.
Sebagai dosen, tentu rapi dan wangi menjadi fardhu 'ain. Jika dosen saja tidak berpakaian wangi dan rapai, bagaiamana mau mengajarkan kebaikan pada mahasiswa. Kabar baiknya, dosen yang wangi dan rapi selalu menjadi dambaan mahasiswinya. Nah lho, pantaslah kalau seorang istri menjadi cemburu.
"Kan sudah menikah lho dek. Sudah punya anak satu juga. Masak sih ada yang naksir sama dosennya..?"
Sekali lagi saya menggoda kecemburuan istri saya. Melihat wajahnya yang ngambek, saya ingin tertawa. Perasaan lelaki dengan perempuan sangat jauh berbeda. Pokoke, wanita katanya lebih besar rasa cemburunya.
"Justru itu lho mas. Wanita itu suka pada lelaki yang sudah menikah. Lelaki yang sudah mapan itulah yang dibanyak dicari oleh wanita yang belum menikah..."
Istri saya menjelaskan panjang lebar. Baru kali ini saya mendapatkan kuliah tentang perasaan seorang wanita. Saya baru tahu juga, bahwa lelaki yang sudah menikah itu lebih seksi untuk digoda.
Mungkin seperti penjelasan istri saya, sudah mapan dan sudah banyak duitnya, itulah lelaki seksi. Istilah seksi untuk perempuan dan lelaki sepertinya berbeda. Seksi bagi seorang lelaki adalah jika dia sudah mapan karir, pendidikan, dan ekonominya.