Ideologi Dengan Pertumpahan Darah
Tadi malam saya menonton film G30/S-PKI di sebuah komplek Jakarta Selatan. Selain saya ada juga beberapa masyarakat yang dengan antusias ikut menonton. Suasana penuh ketegangan dan emosi saat film sampai pada alur tengah. Alur tengah inilah yang saya sebut sebagai alur konflik berdarah.
Pada narasi konflik inilah beberapa pasukan Tjakrabirawa dengan sadis membunuh para Jendral. Nafas saya benar-benar turun naik saat melihat adegen film berdarah tersebut. Emosi saya seakan dibuat oleh memanas oleh adegan mengerikan itu. Realitas sejarah Indonesia yang mengerikan sekali lagi saya tonton. Sepertinya bukan hanya saya, bebeapa warga yang ikut menonton juga ikut emosi penuh ketegangan.
Adegan mengerikan dalam film membuat mata saya hampir tidak berkedip. Setelah sisa Jendral yang masih hidup diarak ke Lubang Buaya. Mereka menyiksa para jendral bagikan menyiksa hewan. Ada yang digorok dengan sabit. Ditusuk dengan pisau. Yang terakhir adalah Piere Tendean yang tidak salah apa-apa ikut disiksa. Saat-saat terakhir Tendean disiksa itulah ketegangan benar-benar memuncak. Pada akhirnya seluruh jenderal termasuk Piere Tendean dimasukkan dalam sumur tua. Tidak puas, sebelum ditutup dengan gedebong pisang, beberapa tentara memberondong peluru pada jenazah yang sudah masuk pada sumur tua.
Selebihnya, pembaca bisa menonton filmnya sendiri. Terlepas dari masih adanya kontroversi film tersebut. Saya ingin menekankan, ideologi yang kejam apapun itu tidak layak hidup di Indonesia. Orang-orang yang menghalalkan pertumpahan darah tujuh jendral tersebut tidak boleh hidup di Indonesia.
Sekali lagi, sejarah hitam Indonesia pada tahun 1965 tidak boleh terulang. Ideologi yang hendak merongong Pancasila dengan pertumpahan darah harus diberangus. Ideologi inilah yang terkadang tumbuh subur pada kantong-kantong kemiskinan.
Kita sebagai masyarakat yang mengakui Sila Pertama Pancasila yaitu 'Ketuhanan Yang Maha Esa'. Tentu tidak mengakui adanya ideologi yang tidak mengakui adanya Tuhan. Ideologi Komunis misalnya adalah ideologi yang memang tidak mengakui adanya Tuhan.
Maka jika ideologi Komunis tersebut hidup di Indonesia, akan bertentangan dengan Sila Pertama Pancasila. Terlepas dari ideologi Komunis yang pada film menumpahkan darah para Jenderal. Ideologi apapun yang dengan kejam suka menumpahkan darah harus diberangus dari bumi Indonesia.
Film Sebagai Representasi Idelogi dan Sejarah
Makna representasi adalah membahasakan kembali dalam sebuah cerita. Film tidak hanya sebagai media hiburan, kontrol sosial, dan pendidikan. Tetapi film bisa menjadi sebuah representasi sejarah. Pada film inilah sebuah fakta sejarah bisa dikemas dengan menarik. Meksipun ada realitas yang dikonstruksi dalam film yang justru tidak sesuai dengan fakta.
Film sebagai sejarah tentu saja harus juga sebagai ideologi. Film G30/S-PKI yang tadi malam saya tonton faktanya bukan hanya berisi sejarah. Tetapi beberapa adegan justru merupakan sebuah pesan pertaruangan Ideologi. Menurut analisis saya Film G30/S-PKI ini memiliki pesan yang secara garis besar isinya adalah konflik antara idelogi Komunis, Ideologi Pancasila, dan Idoeologi Islam.