Lahan yang dulunya merupakan lahan tidur atau terlantar, sejak beberapa tahun belakangan telah menjelma menjadi lahan pertanian produktif yang mampu menghasilkan berbagai produk pertanian. Di lokasi ini, sekarang juga mulai dikembangkan ternak sapi bali, yang selain bisa meningkatkan populasi ternak, juga menjadi penghasil limbah ternak yang bisa dimanfaatkan oleh petani sebagai bahan pembuatan pupuk organik, kebetulan budiaya pertanian yang diusahakan petani di tempat ini, sebagian besar memang menganut pola pertanian organik.
'Bangkit'nya lahan tidur di kawasan Pantan Terong dari 'tidur panjang'nya tidak dapat dilepaskan dari kiprah para petani yang tergabung dalam Pusat Pelatihan Pertanian Penyuluh Swadaya (P4S) Rebe Bahgie yang dimotori oleh Ahdi dan Safriga. Ahdi adalah seorang petani berpengalaman yang merupakan 'perintis' usaha tani di kawasan ini.
Totalitas pengabdiannya pada pertanian dia tunjukkan dengan pidah domisili dari kampung Bahgie yang berada ke  lahan pertanian miliknya dan menjadikan rumah dan lahan pertanian di sekitar rumahnya sebagai pusat kegiatan P4S Rebe Bahgie, karena kebetulan dia juga sebagai ketua P4S tersebut.  Sementara Safriga alias Riega, adalah sosok petani muda yang gigih membantu Ahdi untuk mengembangkan kelompok P4S Rebe Bahgie ini sebagai pusat pembelajaran bagi para petani, selain itu Riega juga dikenal sebagai pegiat pertanian organik..
Keberhasilan dan inpirasi dari Ahdi, Riega dan kawan-kawan 'menyulap' lahan tidur menjadi lahan produktif, serta kiprah P4S Rebe Bahgie ini, kemudian coba penulis angkat melalui berbagai media, salah satunya media cetak pertanian Tabloid Sinar Tani yang diterbitkan oleh Kementerian Pertanian dan disebar luaskan ke seluruh Indonesia.Â
Terbublikasikannya kiprah petani di Pantan Terong ini, yang kemudian menarik minat banyak petani dari luar daerah untuk belajar langsung ke tempat ini. Sampai dengan saat ini, sudah banyak petani yang berasal dari berbagai daerah di Aceh dan Sumatera Utara, pernah menimba ilmu dan pengalaman bertani di tempat ini, baik secara perorangan maupun dengan rombongan.
Jadi obyek kunjungan belajar (study tour) petani luar daerah
Seperti yang terjadi dalam minggu kemarin, puluhan petani muda yang tergabung dalam komunitas Gugah Nurani Indonesia (GNI) dari Meulaboh, Aceh Barat, selama beberapa hari meluangkan waktu untuk 'berguru' menimba ilmu dan pengalaman tentang usaha tani di kawasan Pantan Terong. Rombongan GNI yang diketuai oleh Teuku Muhibbuddin ini awalnya memperoleh informasi tentang kiprah P4S Rebe Bahgie dan dan para petani rganik di kawasan Pantan Terong ini dari media. Rasa penasaran setelah membaca informasi tersebut di media itulah yang kemudian membawa 40 orang petani muda asal Meulaboh ini melakukan kunjungan belajar (study tour) ke kawasan agrowisata ini.
Kunjungan rombongan GNI ini diterima langsung oleh Ketua P4S Rebe Behgie, Ahdi didampingi oleh Kepala BPP Bebesen, Athaullah dan tentu saja sosok petani muda Safriga. Udara sejuk ditengah hamparan tanaman sayuran yang menghijau di kawasan ini, membuat mereka betah berlama-lama disini. Apalagi mereka dapat beraudiensi langsung dengan pelaku utama usaha tani di kawasan ini, dan ternyata banyak pengetahuan dan keterampilan bertani yang selama ini belum mereka ketahui, akhirnya dapat mereka peroleh dari tempat ini.Â
Antusias para peserta kunjungan belajar ini jelas terlihat, karena selain teori tentang ilmu usaha tani, mereka juga dapat melihat langsung berbagai tanaman yang dibudidayakan di tempat ini. Teknis budidaya ternak sapi bali juga mereka peroleh dari tempat ini, karena di areal P4S Rebe Bahgie yang luasnya hampir 2 hektar tersebut juga ada usaha ternak sapi bali yang juga dikelola oleh kelompok P4S Rebe Bahgie.
Ketua rombongan GNI, Tgk Muhibbuddin menyatakan rasa puasnya dapat berkunjung sekaligus menimba ilmu di tempat ini, banyak manfaat yang mereka peroleh dengan mengunjungi tempat ini.