Betapa terkejutnya diriku saat membaca koran online di komputer kantor. Di salah satu koran nasional, terbaca "Harga Pangan Hari ini, tanggal 29 Februari Telur Melonjak, Beras Premium Tembus Rp. 17.250,-". Â Prihatin.Itulah reaksiku saat ini. Ya, di negeri yang subur makmur dan terkenal dengan bumi agraris. Harga Beras sulit dijangkau oleh rakyatnya. Padahal berkali kali pihak pemerintah menyampaikan Beras di Gudang BULOG Aman!!. Ironi yang menyedihkan. Apa yang terjadi? Kali ini aku mencoba menangkap fenomena ini dari sisi sejarah dan budaya makan di Indonesia.
Sejak dahulu bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang hebat dalam mengolah makanan. Hal ini dapat dilihat dari keragaman makanan yang dipunyai oleh bangsa Indonesia.Keragaman makanan Indonesia telah ada sejak abad ke-10. Perkembangan makanan di Indonesia juga dipengaruhi oleh berbagai kebudayaan asing yang datang silih berganti, mulai dari India, Cina dan Eropa (Portugis, Spanyol dan Belanda). Keanekaragaman makan di Indonesia hasil dari proses akulturasi dari berbagai bangsa yang silih berganti datang ke Nusantara mulai India, Cina, dan Eropa. Sifat penduduk Nusantara yang sangat terbuka menjadi faktor penting terjadinya pengaruh budaya asing di Nusantara
A. SEJARAH KULINER MASA KERAJAAN
Pada masa kerjaan Nusantara, budaya kulinernya sangat erat dipenagaruhi oleh budaya makanana dari Gujarat,India. Hal ini terlihat dari penggunaan rempah rempah, seperti jahe,kunyit dan ketumbar dalam beberapa hidangan. Penggunaan rempah rempah sampai sekarang masih banyak digunakan dalam olahan sehari hari, terutama masyarakat di Jawa dan sebagian besar masakan tradisional dari mulai Aceh sampai dengan wilayah Jawa.
B. MASA Â PENJAJAHAN ASING
Pada masa penjajahan bangsa asing, yakni periode kolonial Belanda yang dimulai sejak abad ke-17 hingga awal abad ke-20, dan masa pendudukan Jepang pada interval 1942-1945 di masa Perang Asia Timur Raya ikut mempengaruhi perkembangan makanan di Indonesia. Bahkan beberapa jenis makanan baru bermunculan pada dua periode tersebut. Pada masa penjajahan, kehidupan bangsa Indonesia dalam hal makanan sedikit mengalami perubahan. Perubahan tersebut bukan hanya pada pola makan, melainkan juga pada jenis makanan itu sendiri. Pada masa itu, makanan yang pada masa kerjaan sebagi syarat perlengkapan untuk ritual keagamaan mulai berubah fungsinya menjadi kebutuhan utama pemenuhan kebutuhan biologis. Ketika VOC memonopoli perdagangan di Nusantara, beras menjadi salah satu komoditas yang dikirim ke luar Pulau Jawa. Bahkan pada zaman VOC, beras di Maluku menjadi makanan prestius. Karena sangat ekspansifnya perdagangan beras oleh VOC, maka keragaman pangan lokal sangat terbaikan oleh VOC. Saat itulah, perlahan namun pasti, masyarakat Nusantara mulai beralih ke beras. Makanan pokok seperti jagung, ubi yang biasanya berada ditengah tengah acar ritual di acara acara masyarakt Nusantara perlahan dihilangkan diganti menjadi beras. Tentu saja ini mempengarugi budaya makan masyarakt Nusantara. Mulai dari acara acara ritual dan tradisi pesta pesta diganti menjadi makanan dari beras. Membanirnya perdagangan beras yang dilakukan oleh VOC cepat atu lambat mengubah kebiasaan makan di Nusantara.Pengaruh Eropa yang hadir pada abad-16 menjadi pertanda pergeseran budaya makan dan cita rasa makanan baru di Asia Tenggara pada umumnya, dan khususnya Nusantara. Makanan sebagai salah satu produk kebudayaan ikut terseret ke dalam arus perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat Nusantara yang terjadi selama berabad-abad kemudian pada perode kolonial.
C. MASA INDONESIA
Kebijakan Eintensifikasi Pertanian yang digencarkan Pemerintah Indonesia menjadikan produksi beras di indonesia semakin melimpah. Tentu saja ini diikuti dengan kebijakan pemerintah untuk mengganti makanan pokok menjadi beras. Hampir semua wilayah dan suku di Indonesia mengubah budaya makannya menjadi beras. Bahkan Indonesia pernah dinobatkan menjadi negara penghasil beras terbesar di Indonesia masa Presiden Soeharto. Â Pada pertengahan tahun 1980 an program Swasembada beras yang katanya diadopsi dari zaman Mataram mencapai keberhasilan dan Presiden Soeharto dianugerahi Penghargaan dari PBB.
Pertanyaanya muncul, apa yang menyebabkan akhir akhir ini semakin sulit dijangkau?
Sejarawan Gastronomy, Fadly Rahman dalam Dialog Sejarah,"  Keberagaman Pangan di Nusantara, Menggali  Akar Silam Citarasa di Indoesia' yang ditayangkan  di You Tubr dan Facebook Historia , 26 Maret 2021 mengatakan bahwa akar ketergantungan mengkonsumsi beras menjadi faktor penyebabnya.Keseimbangan antara ketersedian dan kebutuhan beras sangat timpang. Menurut dsts dari Biro Pusat Statistik tahun 2923 sbb:
1.Luas Panen Padi kurang lebih 10,30 juta hektare dengan produksi padi kurang lebih 53,63 juta ton gabah kering giling