Kebangkitan umat tergantung pada pemikiran terkait manusia, alam semesta dan kehidupan serta hubungan sebelum dan sesudahnya. Dari pemikiran tersebut akan lahir pondasi dasar yang benar dan kuat, berupa akidah islam. Namun hal tersebut tidaklah cukup tanpa ada sosok pemimpin yang akan senantiasa mengurusinya dan mengarahkannya dalam meraih kebangkitan. Keberadaan pemimpin merupakan keharusan bagi manusia, persis seperti keharusan adanya air untuk kehidupan.Â
Keadilan dan kebenaran tidak akan tampak kecuali dengan adanya kekuasaan pemimpin. Rakyat akan menjadi lemah tanpa pemimpin. Jika rakyat lemah maka mereka tidak akan mendapatkan kemaslahatan; hukum-hukum syariat pun tidak bisa ditegakkan. Akibatnya, mereka merasa tidak nyaman hidupnya, tidak mendapatkan kemuliaan dan tidak dapat mengusir musuh-musuh mereka. Karena sejatinya, pemimpin adalah pelindung umat. Rasulullah saw. Menggambarkan hal ini dalam sabdanya:
"Sesungguhnya seorang imam (pemimpin) itu merupakan perisai, tempat orang-orang beperang di belakangnya dan berlindung dengannya."(HR al-Bukhari).
Sosok pemimpin yang jadi panutan
Sosok pemimpin yang seperti hadits Rasulullah saw di atas saat ini tidak ada. Yang ada hanyalah pemimpin-pemimpin kufur yang masih menolak beriman kepada Allah SWT. Hal ini menyebabkan gagal pahamnya masyarakat dalam mentaati pemimpin. Sehingga saat ini banyak terjadi taklif buta masyarakat yang menjadikan pemimpin kufur sebagai panutannya. Baik itu karena di anggap adil (makna adil itu luas tergantung dari sudut pandang mana dia menilai) ataupun hanya sebagai pendukung bayaran. Itu salah.
Sebab, sosok pemimpin dalam islam haruslah mampu untuk mendukung dakwah islam dan mampu menegakkan Syariah. Karena dengan telaksananya 2 poin tersebut, Islam Rahmatan Lil'alamin akan tercipta, berikut poin-poin yang akan tercapai :
- Memelihara keturunan (al-muhfachah 'ala al-nasl)
- Memelihara akal (al-muhafazhah 'ala al-aqlu)
- Memelihara kehormatan (al-muhafazhah 'ala al-karamah)
- Memelihara jiwa manusia (al-muhafazhah 'ala an-nafs)
- Memelihara harta (al-muhafazhah 'ala al-mal)
- Memelihara agama (al-muhafazhah 'ala ad-din)
- Memelihara keamanan (al-muhafazhah 'ala al-amnu)
- Memelihara Negara (al-muhafazhah 'ala ad-dawlah)
Sosok pemimpin yang harus jadi panutan adalah Rasulullah saw. Beliau sebagai suri tauladan yang luar biasa sebab memiliki kesempurnaan, baik itu sifat, perilaku maupun tutur kata. Pujian-pujian untuknya tidak pernah lekang dimakan zaman. Dan bukan hanya kalangan umat muslim saja yang menjadikannya sebagai suri tauladan tetapi orang non-islam pun banyak, salah satunya adalah George Bernard Shaw yang menyatakan bahwa Nabi Muhammad merupakan sosok pribadi yang agung, sang penyelamat kemanusiaan. Ia pun sangat meyakini bahwa apabila Nabi Muhammad memegang kekuasaan tunggal di dunia modern ini, maka Nabi Muhammad akan berhasil mengatasi segala permasalahan dan ia mampu membawa kedamaian serta kebahagiaan yang dibutuhkan oleh dunia.
Allah SWT berfirman dalam surah Al-Ahzab ayat 21, yang artinya :
"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah."
Adapun kita semua, setiap manusia adalah pemimpin. Minimal pemimpin terhadap selurh metafisik dirinya. Dan seiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas apa yang dipimpinnya. Hal ini di tegaskan dalam sabda Rasulullah Saw., yang maknanya sebagai berikut :
"Ingatlah! Setiap kamu adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggung jawaban tentang kepemimpinannya, seorang suami adalah pemimpin keluarganya dan ia akan dimintai pertanggung jawaban tentang kepemimpinannya, wanita adalah pemimpin bagi kehidupan rumah tangga suami dan anak-anaknya, dan ia akan dimintai pertanggung jawaban tentang kepemimpinannya. Ingatlah! Bahwa kalian adalah sebagai pemimpin dan akan dimintai pertanggung jawaban tentang kepemimpinannya," (Al-Hadits).