Namanya belum setenar Denny Sumargo atau Mario Wuysang, namun kepiawaiannya memasukkan bola ke dalam keranjang basket dengan gaya Long Shoot atau Lay Up patut diacungi jempol. Pria kelahiran Rangkasbitung, 27 tahun silam ini beberapa kali memenangi kejuaraan nasional, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah pusat maupun daerah. Bukan hanya itu saja, Dani Pancong, sapaan akrabnya pernah menjadi pemain terbaik pra kualifikasi Kejurnas LIBAMA Divisi 1 pada tahun 2011.
Awal karirnya dimulai sejak tahun 2009 saat berlaga di Liga Rangkasbitung. Bersama Tim Garuda Rangkasbitung, Dani Hamdani memegang peran penting sebagai Point Guard. Posisi ini merupakan posisi standar dalam permainan bola basket. Biasanya pemain yang mengisi posisi ini memiliki postur tubuh yang lebih pendek diantara pemain lain. Kemampuan seorang Point Guard akan lebih banyak diukur berdasarkan jumlah assist (umpan yang menghasilkan poin) daripada jumlah angka yang dibuat. Namun, berkat umpan-umpan cantiknya banyak poin yang dihasilkan sehingga mengantarkan timnya menjadi juara. Hal inilah yang menjadi perhatian Perbasi provinsi Banten, sehingga pada tahun 2010 tim Garuda Rangkasbitung masuk tim utama pra PON Riau mewakili Banten. Â
Prestasinya-pun tidak hanya sampai di situ. Dani Hamdani, pria yang baru saja mempersunting gadis perawat ini juga memiliki sejumlah medali penghargaan yang tersimpan rapi di rumahnya. Penghargaan itu antara lain, pemain utama Liga Rangkasbitung 2012, atlet terbaik Rangkasbitung 2013, dan masih banyak yang lainnya. Meskipun banyak penghargaan yang dia dapatkan, namun sebagai seorang lelaki yang sudah mapan dia tidak sombong. Sehingga banyak gadis-gadis yang menyukainya. Postur tubuh tinggi, dengan otot-otot lengan yang besar karena ditempa saat latihan basket membuatnya digandrungi banyak gadis di kotanya.
Siapa sangka anak bungsu dari pasangan almarhum H. Heri Jaheri dan Hj. Upik Faridah ini bakal menjadi atlet nasional. Di dalam keluarganya bahkan tidak ada garis keturunan sebagai atlet, ayahnya seorang wiraswasta, dan ibunya adalah pensiunan PNS di kabupaten Lebak. Kesehariannya, Dani bekerja di sebuah perusahaan jasa layanan keuangan di kota Rangkasbitung sebagai staf appraisal.
Baginya, bermain basket merupakan sebuah keharusan, karena olahraga ini sudah diperkenalkan oleh orangtuanya sejak dia berumur 6 tahun. Kebetulan rumahnya tidak jauh dari lapangan basket di sisi utara alun-alun Rangkasbitung. Setiap pagi sang ayah selalu mengajaknya bermain basket bersama teman-teman seangkatannya. Lama kelamaan keahlian bermain basketnya mulai terasah menjadi hobi barunya, selain memelihara burung dan berbagai jenis ayam. Namun kini sang ayah telah tiada karena sakit jantung yang dideritanya pada tahun 2009, pesan terakhir dari sang ayah adalah untuk terus memperkenalkan basket kepada anak-anak khususnya di Rangkasbitung. Karena basket merupakan olahraga yang dapat membuat siapa saja yang memainkannya menjadi bahagia dan ceria. Itulah sekelumit kisah dari tanah Banten. Seorang atlet profesional, namun tidak diakui keberadaannya.