Mohon tunggu...
Mas Awan
Mas Awan Mohon Tunggu... Bankir - Mas Awan

Lahir dari keluarga sederhana di sebuah kota cantik bernama Purworejo, membawa pesan singkat tentang indahnya dunia, Inilah saya Mas Awan. Seorang bankir, pecinta sejarah, dan tentunya seorang ayah yang baik buat keluarganya 😊😊😊

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

"Mongso Tuo Pak Parjo"

17 Juli 2018   17:05 Diperbarui: 17 Juli 2018   17:10 559
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ini rumah kami, rumah yang teduh dipayungi cinta dan kasih sayang

Soyo suwe umur soyo tambah akeh, rambut sing maune ireng saiki dadi putih kabeh, untu podo gupis, mripat wes mulai blawur. Opo iki tandane segoro sedelok meneh mliwet?

Bapak ketika bercengkerama dengan Lek Pawito
Bapak ketika bercengkerama dengan Lek Pawito
Ayam jago Bapak nyaring berteriak membangunkan sang pemilik kandang. Dengan suaranya yang memekakkan telinga, ayam tidak henti-hentinya meraung-raung memberikan sinyal bahwa sebentar lagi matahari akan datang membawa kehangatan. Mamak Tiyah sigap membakar daun kelapa kering untuk memantik tungku sepulang dari masjid Al Hikmah. Tak mau kalah, Bapakpun ikut sibuk membuka satu persatu pintu kandang ayam, peliharaan kesayangannnya selama ini. 

Sekarung katul, habis dalam  waktu yang tak cukup lama, hanya seminggu. Dimasukkannya katul tersebut ke dalam ember dan dicampur sedikit air. Mirip bubur bayi, tapi sedikit lebih kental. Kira-kira jumlah mereka 2 kali jumlah pemain volley pantai. Ada yang masih lincir ada pula dari mereka yang sudah menjadi babon dan jago.

"Ker...ker...ker...", panggilan sayang Bapak untuk ayam-ayamnya. Tak satupun yang tertinggal, semuanya berlari menuju sumber suara. Saling berebut, saling senggol, saling pancal baik itu kanan maupun kiri. Layaknya sebuah dagelan action berbalut drama. Walaupun secara garis keturunan mereka semua adalah saudara dari 1 induk, namun kalau sudah berhubungan dengan perut, segala macam cara dihalalkan. Asal perut kenyang, malam bisa tidur nyenyak. Kurang lebih seperti itulah kemeriahan di pagi hari di rumah Bapak.

Siwo Bawok
Siwo Bawok
Ngombol pada bulan Juni sedang mengalami masa transisi dari musim penghujan ke musim kemarau. Tidak aneh apabila tanah  mulai mengering, dan debit air di sumur juga semakin menipis. Hampir tidak ada tempat untuk tumbuhan berkembang biak. Ditambah lagi tiupan angin samudera Hindia yang begitu kencang membuat suhu udara di pagi hari berkisar antara 20-25 derajat Celcius. Sangat dingin untuk ukuran kawasan pesisir pantai selatan Jawa. Berbeda halnya pada siang hari, matahari begitu teriknya melepaskan radiasinya ke arah bumi.

Tak berselang lama, Lek Pawito datang menawarkan obrolan hangat seputar dunia pertanian. Siapa dia? Tak banyak yang bisa diceritakan, yang jelas dia adalah tetangga belakang rumah Bapak. Kesehariannya selain bergumul di sawah, juga beternak sapi.

"Kang, rasido panen, sawah Tunjungan ra komanan banyu". Kata Lek Pawito mengawali obrolan. "

"Podo nggonku, tahun ngarep wes kapok ora maro meneh." Jawab Bapak singkat. Masa panen di daerah pesisir pantai selatan Jawa memang susah untuk diprediksi. Jika dewi fortuna datang,  panen bisa 2 kali. Namun, jika kemarau datang lebih awal, para petani hanya bisa gigit jari. Menelan kepahitan alam. Berbeda dengan kaum berkantong tebal, mereka bisa menyewa pompa diesel untuk menyedot isi perut bumi keluar ke permukaan. Bapak sadar itu semua di luar kemampuannya.

Bapak, terlahir dengan bintang Cancer, kami tahu persis bagaimana kepribadian beliau, sifat Bapak yang lemah lembut terhadap anak-anaknya, bahkan cengeng ketika dia harus jauh dari kami. Sebagai seorang Bapak, beliau sangat bertanggung jawab terhadap keluarga. Kebahagiaan datang ketika kami pulang. 

Segala rupa dipersiapkan menyambut kedatangan kami, bahkan hewan-hewan kesayangannyapun satu persatu dibunuh dan diolah menjadi rica-rica hingga tak tersisa. Lebaran merupakan momen puncak, di mana kami bisa berkumpul, menjadi satu keluarga utuh tanpa jarak. Bapak kini telah berusia 69 tahun. Bapak lebih sering memakmurkan masjid bersama Mamak. Untuk Bapak dan Mamak, sehat terus ya ! Jika Tuhan mengijinkan, InsyaAlloh tahun depan Bapak dan Mamak berangkat umroh. Doa terbaik untuk Bapak Mamak.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun