Mohon tunggu...
M. Suaizisiwa Sarumaha
M. Suaizisiwa Sarumaha Mohon Tunggu... Dosen - Berakit-rakit dahulu. Aeru tebai aetu.

Truth Hunter Founder dan Coordinator Luahawara Young Community (LYC) Founder Komunitas Bale Ndraono (KBN)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Belajar Tanpa Henti

9 September 2018   21:57 Diperbarui: 9 September 2018   22:14 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Belajar merupakan tuntutan bahkan kebutuhan yang harus dipenuhi setiap insan atau individu. Belajarpun diatur dalam undang-undang. Hasil dari belajar itu tentu memberi dampak kepada setiap insan, keluarga dan bahkan pada lingkungan, bangsa dan negara. Belajar bukan sebatas dalam ruang kelas. Belajar dapat diperoleh dimanapun, kapanpun dan dengan siapapun. Hasil belajar inilah sebenarnya yang membentuk seseorang semakin matang baik dalam pergaulan apalagi dalam dunia kerja. Terkadang kita belajar dari kegagalan. Dan tak jarang hasil belajar itupun kita terapkan dalam kehidupan keseharian kita yang mampu memberi dampak di sekeliling kita.

Belajar tentu untuk membuat kita tidak buta huruf dan buta aksara. Hasil belajar bukanlah diukur ketika kita bisa baca tulis, namun ketika kita terus belajar dan bisa belajar dengan siapa saja, kapan saja dan dimana saja. Terus belajar ketika kita tahu bahwa hasil belajar itu terus berubah sebagaimana tuntutan waktu atau jaman, artinya pengetahuan dari hasil belajar selama ini sudah tidak relevan, kita harus mengakuinya bahwa hal itu telah berubah dan harus dapat diterima. Hal ini akan semakin sulit ketika kita tidak mau belajar lagi. Karena belajar itu bagaikan helaan nafas ketika kita bernafas. Dalam setiap helaan nafas, disitulah kita telah belajar, dengan maksud bahwa kita harus terus dan terus kembali belajar.

Belajar tidaklah sebatas meraih gelar dan pendidikan tinggi, namun ketika kita mampu menerima perbedaan juga kelebihan dan kekurangan baik diri kita maupun orang lain. Karena lewat interaksi itulah kita kembali belajar. Belajar terjadi ketika kita mampu menempatkan diri, menerima perbedaan dan tentu mampu meng-upgrade diri tatkala dari belajar tersebut kita membuat kesalahan. Belajar bukan saja ketika kita sudah merasa berhasil, merasa baik, merasa benar dan/atau merasa paling tahu, paling bisa, akan tetapi ketika kemampuan diri kita memahami apa yang disampaikan dan dapat diterima oleh orang lain tanpa menyinggung atau bahkan melukai perasaan orang lain terlebih dalam organisasi. Hasil belajar itu teraktualisasi  ketika kita mampu mengakui kelebihan orang lain dan mengakui kelemahan kita.

Menurut kamus bahasa Indonesia "belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya". (wikipedia)

Setiap kita memiliki pekerjaan atau bidang dan profesi masing-masing baik secara personal, dalam kelompok organisasi atau lembaga. Hasil belajar itupun akan teraktualisasi dalam tugas dan pekerjaan yang kita lakukan, tentu dengan harapan akan memberi yang terbaik bagi diri kita, organisasi kita apalagi bagi bangsa dan negara. Pekerjaan kita adalah prestasi kita. Dari sana kita telah melakukan sesuatu karena hasil dari belajar. Saat ini, Indonesia sedang dalam masa memasuki pesta demokrasi. Berbagai strategi dan pola yang diterapkan dalam memenangkan kontestasi untuk mendapatkan simpatik dari masyarakat. Tentu, apa yang disampaikan baik secara individu maupun secara organisasi sudah pasti semua yang baik-baik dan yang menunjukkan keberpihakan kepada masyarakat. Entah itu benar atau tidak, jujur atau hanya slogan, jargon atau memang komitmen, namun kita bisa belajar dari sekian tahun sejak reformasi dan demokrasi dijalankan di Indonesia dan terjadinya berbagai pergantian kepemimpinan inipun membuat kita terus dan terus belajar. Oleh karena itu, marilah kita saling mengakui kekuatan/kelebihan/keunggulan dan atau karya/prestasi apa yang telah dilakukan seseorang yang mampu memengaruhi kehidupan orang banyak sehingga membuat kita semakin terus untuk belajar lebih baik lagi dengan tugas dan tanggung jawab dari profesi atau bidang masing-masing tanpa harus saling membenarkan apalagi saling menyalahkan.

Hendaknya hasil belajar itu mampu membawa diri kita, organisasi bahkan bangsa dan negara ke arah yang lebih baik. Ternyata kita bisa belajar dari semut, yaitu saling bekerjasama secara bahu membahu untuk mempersiapkan yang terbaik pada setiap musimnya. Belajar dengan lebah dengan bergotong royong mempersiapkan sarang dengan liur-liurnya (jelly) dan yang tentu sarang tersebut mampu memberi manfaat bagi manusia. Dan atau belajar sekalipun itu dari bencana alam, ketika banjir bandang, longsor, dan bencana alam lainnya. Semua itu membuat kita untuk terus belajar tanpa mengenal waktu, tempat, ruang dan dengan siapa saja bahkan dalam diampun kita dapat belajar. Belajar ketika kita jujur mengakui kelebihan orang lain dan jujur mengakui kelemahan atau kekurangan kita. Pengkhotbah 12:12 mengajarkan kita"...Membuat banyak buku tak akan ada akhirnya, dan banyak belajar melelahkan badan."

Mari kita belajar! :-) 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun