Jembatan Renun dibangun pada masa pemerintahan Kolonial Belanda. Jembatan penghubung antara wilayah sekitarnya, wilayah Keresidenan Dairi menuju keresidenan Karo, Keresidenan DAIRI menuju keresidenan  Siantar. (Di jaman itu). Cotroleur Der  Landen, jabatan kepemimpinan masa itu.Â
Sebagai orang Belanda yang pertama memijakkan kaki di tanah Dairi. Kolonial Belanda telah tahu betul kekayaan apa yang ada daerah keresidenan Dairi, sebelum jaman kemerdekaan, kolonial telah memetakan kekayaan yang berlimpah di Keresidenan Dairi, pada tahun 1936 sebelum kemerdekaan, kolonial telah membangun jembatan dengan Gaya Arsitektur khas Nederland.Â
Alasan tentu memobilisasi hasil-hasil rempah bumi, kekayaan alam konsideran Dairi. Ada Kopi Dairi cita rasa khas nikmat membuat jantung berdebar, Â Kemenyan sebagai bahan obat herbal dan kosmetik aroma terapi, cengkeh sebagai komoditas pertanian yang memiliki nilai jual tinggi pada zaman itu.Â
Sulingan Nilam dijadikan sebagai obat penawar racun dan komponen campuran parfum ( Guerlain Shalimar) parfum dari Negara Prancis. Kapur Barus (kanfer) sebagai bahan untuk kosmetik dan pengawet. Tanaman Mandat atau ganja yang digemari oleh masyarakat Eropa pada masa itu.Â
Ternyata tidak hanya sampai disitu saja, kolonial Belanda tertarik pada budaya lokal yang ada, budaya lokal yang memiliki keunikan tersendiri, suku Pakpak tentunya, suku asli mendiami Konsideran Dairi. Suku primitif yang memiliki nilai misterius yang tinggi, "Pada masa itu".Â
Suku primitif memiliki segudang peninggalan sejarah dan Citra budaya kehidupan. Ada peninggalan sejarah seperti Batu ukir penjaga ulubalang Mejan, Pinggan, Parang, Golok dan sejenisnya, dan Barang-barang yang mengandung nilai spiritual yang tinggi; dijadikan oleh kolonial sebagai koleksi berharga di  Museum Nederland.
Dengan demikian upaya yang dilakukan adalah membuka akses dan mobilisasi gerak ke Keresidenan Dairi, dibangunlah Jembatan penghubung sebagai elemen penggerak manusia, kekayaan alam dan rempah-rempah. Pada masa itu Kolonial Belanda sadar betul atas kekayaan bumi di Keresidenan Dairi, hingga siap menggelontorkan anggaran yang cukup besar untuk membangun Jembatan megah pada jaman itu.
Terletak di kampung Pegagan," kini kampung Sumbul Pegagan", Â Pembangunan jembatan Lae Renun pun terbangun. Pembangunan jembatan Renun diperkirakan memakan waktu lebih dari tiga tahun (1936-1939). Kolonial Belanda mengerahkan tenaga tenaga kuli untuk mendirikan jembatan tersebut.Â