Mohon tunggu...
Martua Intan
Martua Intan Mohon Tunggu... Konsultan - Pemerhati Lingkungan Hidup

Dilahirkan di Pontianak. Pernah tinggal di Australia hampir 9 (sembilan) tahun. tertarik dengan lingkungan hidup, khususnya tentang pelestarian sumber air dan peduli dengan dampak penambangan di tanah borneo.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sang Jaksa - Pengabdian Tanpa Pamrih (42 tahun)

15 Agustus 2019   08:24 Diperbarui: 15 Agustus 2019   10:53 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Aku adalah anak dari seorang ayah jaksa pertama kali bertugas ditempatkan di belantara Kalimantan Barat di sekitar tahun 1957. Ketika beliau menamatkan sekolah  SHD (Sekolah Hakim Djaksa) di Medan tahun 1957 institusi kejaksaan memberi 2 (dua) pilihan   penempatan penugasan sebagai jaksa yaitu Manado dan Pontianak. 

Karena unsur lebih dekat dari kampung halamannya, Dolok Sanggul beliau lebih memilih Kalimantan Barat dibanding Sulawesi Utara. Di Kalimantan Barat dimulailah kisah perjalanan belaiu menjadi jaksa muda. 

Banyak cerita yang pernah saya dengar bagaimana ayah menjalani kedinasannya di daerah yang mungkin tidak pernah dia pikirkan sebelumnya. 

Tentunya cerita ini saya dengar pertama kali saat saya remaja bagaimana ayah pernah hampir ditembak oleh seseorang saat beliau berada di Kantor Kejaksaan Sanggau pada marak-maraknya pemberontakan PKI (Partai Komunis Indonesia) sekitar pertengahan era 1960an. 

Demikian juga cerita beliau tentang perselisihan anatara pemerintah Indonesia dan Malaysia saat itu yang dikenal sebagai ganyang Malaysia. 

Setelah hampir sepuluh tahun berdinas, beliau memutuskan mengakhiri masa lajangnya di Maret 1967 dengan menikah di kampung halamannya di Dolok Sanggul.

Tidak puas dengan hanya menyandang tamatan SHD (Sekolah Hakim Djaksa) dengan keyakinan yang tinggi beliau memutuskan untuk kuliah di Fakultas Hukum di Universitas Tanjungpura Pontianak dengan biaya sendiri. 

Dengan tekad yang kuat untuk meningkatkan karir seorang Jaksa, akhirnya di tahun 1976 beliau berhasil menyandang gelar sarjana Hukum. 

Dari cerita beliau bahwa tidak mudah menyelesaikan perkuliahannya, persoalannya bukan pada kemampuan intelektualnya tapi pada banyaknya intrik-intrik rekan kerja bahkan atasan saat itu karena beliau akan dianggap saingan pada suatu saat.

Terkenal sebagai seorang jaksa yang jujur dan pekerja keras akhirnya pada tahun yang sama beliau dimutasi ke Kejaksaan Negeri Mempawah dari kejaksaan Negeri Pontianak untuk menduduki Kepala Bagian Operasi Kejaksaan Negeri Mempawah. 

Saat itu penulis masih kelas I (satu) SD tapi sudah dapat melihat bahwa ayah adalah seorang jaksa yang ulet, pekerja keras, berintergritas dan tidak mau berkompromi dalam memegang suatu perkara. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun