Mohon tunggu...
Martua Intan
Martua Intan Mohon Tunggu... Konsultan - Pemerhati Lingkungan Hidup

Dilahirkan di Pontianak. Pernah tinggal di Australia hampir 9 (sembilan) tahun. tertarik dengan lingkungan hidup, khususnya tentang pelestarian sumber air dan peduli dengan dampak penambangan di tanah borneo.

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Jokowi, Presiden dari Rakyat dan Untuk Rakyat

29 Maret 2019   20:23 Diperbarui: 29 Maret 2019   20:30 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosok Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Mencoba mengenang saat penulis remaja sekitar akhir tahun 80an. Jargon yang sering didengang dengungkan oleh penguasa saat itu adalah bahwa kita akan memasuki tahapan lepas landas pembangunan. 

Sebagai remaja yang baru tamat SLTA di sebuah Sekolah Negeri di kota Lemang, Tebing Tinggi merasa akan ada harapan kelak jalan jalan kita akan sama dengan yang ada di Amerika Serikat (penulis sering menonton TVRI di akhir pekan). Luas dan tangguhnya jalan tol di negeri Paman Sam, berharap 3 sd 5 tahun itu terwujud di negeri ini. Tunggu punya tunggu tidak pernah terwujud sampai lupa bahwa janji akan lepas landas tersebut barulah terwujud di tahun tahun belakangan ini.

Mungkin pembangunan infrastruktur telah direncanakan, dibahas, di blue printkan sejak zaman Orde Baru. Saya rasa, saat itu sudah banyak orang pintar lulusan luar negeri dari Universitas ternama di AS, Jepang, Eropa atau Australia. Dana pasti ada tinggal nego saja sama negara negara maju, lembaga-lembaga keuangan dunia atau negara negara sahabat dan timur tengah nan kaya raya. Tapi mengapa pembangunan infrastruktur saat itu dilakukan setengah hati. Itulah permasalahan besar bangsa ini saat itu.

Secercah harapan bersinar saat Bapak Joko Widodo menjadi Presiden RI ke 7 di tahun 2014. Keberanian dan kemauan dalam hal mengeksekusi sebuah rencana itu hanya dimiliki oleh Joko Widodo seorang pengusaha meubel dari Solo. Langkah beliau  adalah segera lakukan tanpa banyak alasan, pembebasan lahan yang sulit karena ganti rugi dirubah menjadi ganti untung, siapa yang bertanggung jawab berlangsungnya proyek, dana pembangunan infrastruktur di dapat dari mana dengan ratio hutang yang tidak melanggar UU. 

Dahulu  pemimpin  berpikir keliling keliling sudah mau eksekusi jabatan tinggal 6 bulan lagi.  Persis cerita di buku'Mati Ketawa ala Rusia' dimana  ketika terjadi kebakaran sebuah gedung, semua dikumpulkan lalu buat rencana (plan A, plan B, sampai plan Z). Lalu hitung resiko. Buat kemungkinan yg terjadi. Tapi sampai besok pagi, belum ada yang berani bertindak karena tidak ada yg berani ambil resiko.

Namun Bapak Jokowi tidak seperti itu. Beliau berani langsung bertindak, memastikan proyek berjalan lancar dengan berkali kali datang di satu proyek bukan hanya saat meresmikan saja. 

Memastikan bahwa tidak ada pejabat yg bertanggung jawab di pembangunan infrastruktur main proyek, tidak diijinkannya  keluarga pejabat ikut tender. Kalau dulu Proyek Departemen/Dinas A, yang ikut proyek istri/anak/menantu sang pejabat ybs. Memang sekarang masih ada yang korupsi, tapi sebenarnya mereka sedang kamizake alias bunuh diri.

Memang ada yang marah. Yang pasti ini adalah pihak yang sudah biasa menang proyek, yang dapat fasilitas VVIP, TTS (Teman Tapi Setor). Sekarang kalau masih ada yang nekad bermain proyek ada 2 gendangnya. Pertama, Nekad karena hampir 4,5 tahun kering kalah sama kontraktor bersih dan berintegritas. Kedua, memang ketika buka kontraktor niatnya menghalalkan segala cara, kasih fee 20%, buat proyek asal asalan, bila perlu di subkan  itu proyek.

Beruntunglah negara kita memiliki kepemimpinan seperti beliau. Anak cucu kita akan bangga karena dalam sejarah Indonesia pernah ada seorang pemimpin yang membuat jalan jalan, pelabuhan, bandara udara, Jalur kereta api, MRT, LRT dan lainnya yang dapat mereka nikmati. Mereka tidak harus ke Singapura  hanya untu mencoba MRT, mereka tidak perlu ke San Fransisci kalau ingin menikmati mulusnya jalan tol.

Kedengkian, ketidak sukaan, kecemburuan itu akan terjadi kepada pemimpin yang berintegritas dan bekerja siang dan malam buat rakyatnya. Namun kita melihat bahwa rakyat kebanyakan menikmati apa yang telah dilakukan pemimpin seperti itu. Tapi percayalah bahwa rakyalah yang akan menentukan kepada siapa Kapal besar ini akan dikemudikan. Samudera raya sudah hampir 5 tahun dilalui oleh Bapak Jokowi. 17 April ini, kemudi kapal akan beliau lanjutkan ke pelabuhan '2024'.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun