Mohon tunggu...
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris Mohon Tunggu... Penulis - Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Penulis, Pembaca, Petualang, dan Pencari Makna.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kembali ke Kandang (34): Mari Mengolah Jiwa Menjadi Lahan yang Subur!

23 September 2021   18:18 Diperbarui: 23 September 2021   18:19 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrasi. www.pertanianku.com

Jika orang memperoleh penerangan budi, kata-katanya menjadi seperti benih, penuh daya kehidupan. Dan kata-kata itu dapat tetap tinggal berupa benih selama ber abad-abad, sampai saatnya ditaburkan dalam hati yang terbuka dan subur.

Hidup manusia sejatinya terus bertumbuh sampai kapanpun dalam keadaan apapun layaknya benih yang tumbuh, berkembang, dan menghasilkan panen yang berlimpah. Subur dan gersangnya jiwa manusia menjadi sebuah dinamika kehidupan untuk selalu mengolahnya. 

Suburnya jiwa senantiasa menjadi kesempatan untuk selalu menjaga kebaikan dan kebajikan dalam diri dan untuk sesama sehingga juga bisa menjadi inspirasi bagi sekitarnya.

Gersangnya jiwa manusia menjadi sebuah koreksi diri sekaligus tantangan untuk memperjuangkan kesatuan hati dan budi lewat berbagai cara positif, seperti perjumpaan dengan orang-orang baik, refleksi diri dalam keheningan, menggali inspirasi batin lewat berbagai sumber, dan pastinya mendekatkan diri pada Sang Ilahi. Menyirami jiwa dengan hal-hal baik senantiasa akan menjadikannya basah dan subur sehingga benih-benih boleh bertumbuh dengan baik.

Segenggam biji gandum ditemukan dalam makam salah seorang raja Mesir kuno. Lima ribu tahun umurnya. Rupanya ada orang yang menanam gamdum itu dan menyiraminya. Bayangkan, biji gandum itu dapat hidup dan tumbuh sesudah tersimpan selama lima ribu tahun!

Illustrasi. m.kapanlagi.com
Illustrasi. m.kapanlagi.com
Mari menyiapkan jiwa kita menjadi subur sehingga benih-benih kebaikan dan kebijaksanaan boleh tumbuh subur di atasnya. Bahkan lebih dari itu, suburnya jiwa dapat ditaburkan dan menjadi inspirasi ke semua orang yang terbuka hatinya akan kedamaian dan keluhuran dunia. 

Ada begitu benih-benih kebaikan di dunia ini, bahkan Sang Pencipta pun menaburkan begitu banyak benih keluhuran dan keilahian yang memiliki daya kehidupan, namun banyak manusia yang mati, membatu, dan menggersangkan dirinya.

Saatnya untuk kembali ke kandang, diri kita masing-masing, untuk melihat kembali ke dalam diri kita masing-masing, sudahkah kita menyiapkan jiwa dan hidup kita menjadi lahan yang subur untuk benih-benih kehidupan itu? Ataukah justru hidup kita menjadi lahan tandus, gersang, bahkan membatu? 

Mari mengolah lahan kehidupan dalam jiwa kita sehingga memberikan kesempatan bagi benih-benih kehidupan itu bertumbuh subur. Jiwa bertumbuh kembang sehingga dunia boleh memanen kebaikan, kebajikan, kedamaian, dan kebijaksanaan.

Illustrasi Kembali ke Kandang. www.dreamstime.com
Illustrasi Kembali ke Kandang. www.dreamstime.com
@ Kembali ke Kandang, adalah sebuah permenungan hidup di malam hari menjelang menuju pembaringan jiwa dan raga setelah seharian merangkai kisah kehidupan lewat segala dinamika yang ada. Terinspirasi dari buku "Burung Berkicau" karya Anthony de Mello SJ (1984, Yayasan Cipta Loka Caraka), renungan malam dalam bingkai "Kembali ke Kandang" ini mencoba memaknai hidup yang penuh makna ini sehingga hidup menjadi lebih hidup lewat kutipan kisah penuh makna dari Anthony de Mello.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun