kebijaksanaan pada diri, sesama, dan semesta. Wawasan dan pengalaman senantiasa tidak pernah memberikan kesia-siaan dalam hidup, justru sebaliknya membawa manusia pada kematangan hidup dan kedewasaan yang melahirkan
Kehidupan ini menjadi kesempatan untuk belajar dari apapun dan siapapun yang membiarkan diri mengambil hal-hal baik dan mengabaikan segala sesuatu yang provokatif dan negatif. Belajar dari pengalaman hidup, setiap pribadi bisa mengambil nilai-nilai hidup di balik semua pengalaman itu, apa yang terjadi dari pagi hingga malam menjemput untuk berbaring dalam istirahat. Belajar dari segala informasi, setiap pribadi bisa mengendapkannya dalam kristalisasi hidup yang memberikan inspirasi dan motivasi untuk menghidupkan hidup.
Nasruddin menjadi perdana menteri raja. Sekali peristiwa, ketika ia berkeliling istana, ia melihat untuk pertama kalinya dalam hidupnya, seekor burung elang milik raja.
Nasruddin belum pernah melihat burung merpati seperti ini. Maka ia pun mengambil gunting, lalu memotong kuku, sayap dan paruh burung elang itu.
"Nah, baru sekarang kau pantas disebut burung," katanya. "Tuanmu telah mengabaikanmu selama ini."
Niat baik dalam hidup terkadang tidaklah cukup, karena niat yang tidak dilandasi pemahaman yang cukup akan berujung pada kesalahan fatal yang memberikan kekacauan dalam persepsi, perasaan, dan perilaku. Pemahaman dalam hidup sejatinya dilahirkan dari kemauan belajar dan pemaknaan pengalaman secara terus-menerus dan sepanjang hayat. Untuk semua itu, terkadang manusia harus keluar dari zonanya sehingga tidak menjadi "katak dalam tempurung".
Mengenal orang lain, memahami dunia luar, memantapkan konteks kehidupan: merupakan kebijaksanaan diri untuk selalu berkembang dan kembali pada hakikat manusia, yakni makhluk yang diberi potensi untuk belajar dan belajar dalam kehidupan yang luas ini. Banyak orang jatuh pada ukuran atau standar dirinya sendiri yang dipakaikan untuk mengukur orang lain dalam banyak konteks kehidupan. Akibatnya, ada benturan-benturan yang melahirkan konflik, ada ketidaksepahaman yang berakhir dengan debat kusir, ada perilaku-perilaku barbar dan anarkis yang berujung pemaksaan dan brutalisme.
komitmen, dan siap berbagi aksi kehidupan yang selalu mengedepankan pemahaman kasih dan daya guna bagi sesama. Waktunya untuk memaksa diri selalu belajar sehingga bisa berbagi inspirasi dan motivasi bagi sesama dalam konteks dan pendekatan yang humanis, mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan yang menjunjung harkat dan martabat.
Saatnya untuk kembali ke kandang, diri kita masing-masing, untuk melihat kembali hidup yang sudah berlalu, memaknainya, membangunKembali ke Kandang, adalah sebuah permenungan hidup di malam hari menjelang menuju pembaringan jiwa dan raga setelah seharian merangkai kisah kehidupan lewat segala dinamika yang ada. Terinspirasi dari buku "Burung Berkicau" karya Anthony de Mello SJ (1984, Yayasan Cipta Loka Caraka), renungan malam dalam bingkai "Kembali ke Kandang" ini mencoba memaknai hidup yang penuh makna ini sehingga hidup menjadi lebih hidup lewat kutipan kisah penuh makna dari Anthony de Mello.
@