Mohon tunggu...
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris
FX Aris Wahyu Prasetyo Saris Mohon Tunggu... Penulis - Menikmati menulis dan membaca dalam bertualang makna kehidupan menuju kebijaksanaan abadi.

Penulis, Pembaca, Petualang, dan Pencari Makna.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Keutamaan Manusia: Membangun Relasi Positif

19 Januari 2021   12:09 Diperbarui: 19 Januari 2021   12:17 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

William King berkata, "Orang yang bergosip adalah orang yang berbicara pada Anda tentang orang lain. Orang yang menjemukan adalah orang yang berbicara pada Anda mengenai dirinya sendiri. Dan seorang pembicara cemerlang adalah orang berbicara pada Anda tentang diri Anda." 

Pernyataan ini menjadi kritik yang baik untuk segala habitus manusia di manapun berada, seperti di keluarga, sekolah, tempat kerja, tempat nongkrong, kelompok hobi, komunitas, atau sekadar obrolan dua-tiga orang saja. King ingin menunjukkan kecenderungan negatif manusia berkumpul, yakni bergosip atau mengunggulkan dirinya sendiri, justru melupakan hal positif dalam berkumpul untuk berempati padaa orang lain.

Berempati pada orang lain merupakan bagian dari pembelajaran hidup yang sangat nyata. Kadangkala pendidikan dan pembelajaran menjadi sempit maknanya, hanya berkaitan dengan persekolahan belaka. Segala upaya memanusiakan manusia menuju taraf insani adalah sebuah proses pendidikan yang sangat humanis. Berempati dalam berelasi menjadi pembelajaran yang nyata dan kontekstual dalam kehidupan ini. 

John Dewey menegaskan bahwa pendidikan bukanlah suatu persiapan untuk hidup, namun pendidikan adalah hidup itu sendiri. Sejatinya manusia yang hidup berarti sedang menjalani proses pendidikan yang berkesinambungan dengan segala pembelajaran yang berviariasi.

Relasi yang baik sesungguhnya melibatkan tiga hal di dalamnya, yakni perhatian, penegasan, dan penghargaan. Perhatian menjadi awal dalam segala komunikasi yang baik. Tanpa adanya perhatian, akan sangat sulit terjalin komunikasi yang penuh atensi satu sama lain. Tatapan mata bisa menjadi indikasi yang baik dari sebuah perhatian dalam komunikasi langsung. Sulit dibayangkan situasi yang ada ketika orang saling berbicara namun tidak saling menatap mata, justru bertolak belakang. Ini sebuah paradoks dari sebuah komunikasi yang sesungguhnya.

Dalam hidup bersama dalam keluarga, masyarakat, sekolah, dan yang lainnya ada berbagai jenis perhatian sederhana namun memiliki pengaruh yang begitu besar dalam menjalin relasi baik dan ikatan batin, seperti tatapan mata, mengenal nama, berbasa-basi, dan raut muka positif terhadap sesama. Banyak komunitas gagal dalam menjalin dan membangun ikatan relasi karena terkadang mengabaikan hal-hal sederhana perhatian dalam komunikasi.

Sebagai contoh, pembelajaran di sebuah kelas akan berjalan dengan lancar dan baik sesungguhya ditentukan hal-hal sederhana dalam bentuk perhatian guru atau dosen pada anak didiknya. Seorang pengajar yang hanya terfokus pada materi yang ada di slide dan jarang berkontak mata dengan audiensnya, niscaya sulit untuk mendapatkan atensi, justru malah diabaikan dengan segala perilaku yang ada. Kelas akan menjadi hidup terkadang harus dimulai dengan basa-basi seputar berita olah raga yang sedang marak atau pembahasan ringan tentang sesuatu yang membuat canda dan tawa. Kelas juga akan menjadi terlibat dan gembira, tatkala mereka disapa dengan nama-nama mereka sehingga mereka merasa dikenal dan diperhatikan.

Dalam kehidupan di masyarakat, senyuman tipis, anggukan, atau ucapan kata "mari, permisi, numpang lewat" ketika sedang melewati sebuah jalan atau gang perumahan dapat memberikan efek psikologis dan sosial yang begitu positif. Orang terkadang jengkel dan marah-marah tatkala dilewati oleh orang yang tanpa ekspresi dan tegur sapa, bisa-bisa batu melayang karena dianggap tidak memiliki etika yang baik. Perhatian-perhatian kecil sangat penting diperhatikan dalam menciptakan suasana batin setiap orang yang terlibat dalam perjumpaan fisik secara langsung. Konflik bisa terjadi terkadang dari hal-hal kecil yang sangat mendasar.

Penegasan dalam sebuah komunikasi adalah sebuah bentuk empati yang besar dan menunjukkan etikat baik terlibat secara positif dalam komunikasi yang ada. Ada banyak orang yang ingin mendominasi dalam pembicaraan namun tidak pernah mau memberi kesempatan orang lain berbicara atau malah tidak mau mendengarkan orang lain, maunya didengarkan. Ada juga orang yang ingin menang sendiri dalam pembicaraan dan bersikap sehingga yang lain dipaksa untuk mengikutinya seolah-olah kebenaran hanya ada pada dirinya. Hal-hal seperti itu sering dijumpai dalam hidup bersama dan tidak jarang merusak relasi yang ada.

Penegasan sesungguhnya sangat sederhana dalam komunikasi. Ketika orang mau mendengarkan orang lain sesunguhnya hal itu menunjukkan bahwa orang berusaha menegaskan apa yang dikatakan orang lain sebagai sebuah input dalam kehidupan, yang baik digunakan sebagai pembelajaran hidup dan yang jelek dibuang saja. Ketika dalam hidup bersama ada kesepakatan yang tidak memaksa sesungguhnya ada penegasan yang baik dalam menjalin komunikasi. Rekan kerja dengan gembira melakukan pekerjaannya, berarti dia merasa nyaman dengan penegasan dari rekan kerja yang lain. Penegasan menjadi bagian isi penting dalam sebuah komunikasi bersama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun