Mohon tunggu...
Don Martino
Don Martino Mohon Tunggu... Hanya seorang hamba

Seorang warga dari Keuskupan Agats Asmat, Papua. Mencoba menginspirasi orang-orang terdekat lewat doa dan tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Salib Terbalik di Basilika Santo Petrus: Kajian Historis dan Teologis

26 April 2025   03:39 Diperbarui: 26 April 2025   03:39 7254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salib adalah lambang sentral Kekristenan. Namun, ketika posisi salib "dibalik," banyak terkesan subversif. Di Basilika Santo Petrus, salib terbalik bukan hanya hiasan artistik, melainkan penanda kesinambungan dari kemartiran Santo Petrus (rasul pertama dan Paus pertama) serta seruan kerendahan hati. Studi ini menyatukan data historis dan analisis arsitektural untuk menegaskan makna autentik simbol tersebut.

Akar Historis Kemartiran Petrus

Tradisi tentang penyaliban terbalik Santo Petrus bersumber pada dua teks kuno yang sangat dihormati dalam Gereja:

  • Origenes (c. 185--254)
    Dalam komentarnya pada Martyrologium Romawi---yang kemudian dikenal sebagai Commentarii in Romana Martyrologium  --- Origenes menuliskan bahwa Petrus, ketika dihadapkan pada hukuman penyaliban di Roma, meminta agar ia disalibkan dengan posisi kepala di bawah. Ia merasa "tak pantas" mati dalam posisi yang sama persis seperti Kristus sendiri. Pernataan Origenes ini merupakan catatan lisan yang diturunkan dari komunitas Kristen awal di Roma, dan menegaskan sikap kerendahan hati Petrus sebagai murid utama Yesus (Origenes, Commentarii in Romana Martyrologium, fragmen dikutip dalam Rupert Bruce-Mitford (ed.), Origeniana Quarta, Brepols, 1978).
  • Eusebius dari Kaisarea (c. 260--340)
    Beberapa dekade kemudian, sejarawan Gereja Eusebius mengutip kembali cerita Origenes dalam Ecclesiastical History. Eusebius menegaskan bahwa penyaliban terbalik itu tidak lain adalah manifestasi kerendahan hati Petrus---ia menolak untuk "menyaingi" Kristus dalam kematian-Nya (Eusebius of Caesarea, Ecclesiastical History, Buku II, Bab 25). Karena Eusebius sering dianggap "bapak sejarawan Gereja," penyertaan kisah ini dalam karyanya memberi bobot historis tambahan.

Selanjutnya, warisan lisan dan tulisan Origenes--Eusebius ini diresapi ke dalam liturgi kuno Gereja Roma dan kemudian dicatat secara tertulis dalam Martyrologium Hieronymianum pada abad V (edisi Jacques de Clercq, Brepols, 1961). Di dalamnya, kemartiran Petrus dengan salib terbalik disebut sebagai contoh konkret dari konsep imitatio Christi---"peneladanan Kristus"---di mana Petrus sang murid pertama rela menderita sampai titik tertinggi demi kesetiaan kepada Tuhannya.

Makna Teologis: Kerendahan Hati dan Kesetiaan

Dalam tradisi teologi Katolik, simbol salib terbalik memuat dua dimensi panggilan Kristiani yang tak terpisahkan: kerendahan hati dan kesetiaan dalam penderitaan.

1. Kerendahan Hati
Salib terbalik secara literal menempatkan simbol kepemimpinan di bawah lambang pengorbanan Kristus, menegaskan bahwa setiap pemimpin Gereja---termasuk Rasul Petrus dan para penerusnya---dipanggil untuk ministrare ("melayani"), bukan ministrari ("dilayani") sebagaimana Yesus memerintahkan:

"Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang." (Matius 20:28).

Secara teologis, ini merefleksikan doktrin kenosis---pengosongan diri Kristus---yang Paulus uraikan dalam Surat Filipi: "Ia yang dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya..." (Filipi 2:6--7). Salib terbalik mengundang pemimpin Gereja dan setiap orang percaya untuk meneladani kerendahan hati Kristus, meletakkan diri di bawah pelayanan bagi sesama dan menanggalkan dominasi ego.

2. Kesetiaan dalam Penderitaan
Dimensi kedua yang ditegaskan salib terbalik adalah panggilan untuk setia memikul salib---crux fidelitatis---hari demi hari, tanpa mundur, bahkan sampai titik pengorbanan tertinggi:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun