Sudah lebih dari setengah tahun virus ini membuat kita harus berjarak. Mau gimana lagi? Vaksin yang bisa menjadi penyelamat pun sampai saat ini masih dalam tahap pembuatan.
Proses membuatnya juga nggak boleh buru-buru loh ya, bedakan dengan membuat mie instan.Â
Intinya semua hal nggak boleh dibuat secara 'kesusu', lagi pula pembuatan mie instan nggak instan-instan banget juga kan?
Sampai sekarang ini, kita berusaha untuk bertahan dan menjadi seorang manusia yang 'mantab'. Nah, tidak salah lagi, 'mantab' yang dimaksud disini adalah makan tabungan.Â
Begitulah satu dari banyak jokes boomer yang beberapa kali dilontarkan oleh para dosen kepada mahasiswanya. Tujuannya baik kok, yaitu untuk mencairkan suasana kelas online yang belakangan sudah mulai garing. Padahal terkadang jokes seperti itulah yang membuat canggung suasana kelas.
Kegiatan kerja yang dipindahkan seluruhnya ke dalam rumah memicu orang di Indonesia, bahkan seluruh dunia mengalami kejenuhan. Wajar rasanya ketika muncul banyak kasus perceraian di tengah pandemi.Â
"ketemu lo lagi, lo lagi, cari kerja lagi dong!" begitu kata seorang istri kepada suami yang baru saja di PHK dari pekerjaannya sebagai seorang karyawan.
Nahas memang untuk membayangkan seorang suami yang sudah di PHK, digugat cerai pula oleh sang istri karena tidak bisa membiayai kehidupannya. Ibarat sudah jatuh, tertimpa tangga, di PHK, digugat cerai pula, ya gitulah pokoknya! Masyarakat sudah terlalu fatigue dan hanya berpasrah pada keadaan.
Terlebih warga +62, alias masyarakat Indonesia yang cenderung abai terhadap situasi sekarang. Ketika diperintahkan untuk social distancing, eh malah rame-rame "staycation" ke puncak.Â
Udah gitu, alasannya cuman karena 'bosen' dan udah nggak tahan lagi. Sedari awal, corona udah nggak punya "nama" di Indonesia. Buktinya, beberapa elit politik di atas sana juga memberikan contoh dengan kumpul-kumpul waktu kampanye Pilkada, hehehe..