Mohon tunggu...
Mar Sahid
Mar Sahid Mohon Tunggu... Guru - Profesiku pendidik dan penggiat literasi

Aku lahir di yogya 53 tahun lebih 5 bulan 7hari. Saat ini tinggal di pekanbaru

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Asap Kehidupan

15 Juli 2020   19:30 Diperbarui: 16 Juli 2020   11:15 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Asap Kehidupan

MaryatiArifudin

Pernak-pernik kehidupan salah satunya seseorang sulit bersedekah. Apa gerangan penyebabnya? Kenapa kita sering menundanya? Laa kapan waktu yang tepat untuk bersedekah nih. Apakah menunggu sampai kita mampu atau kaya? ataukah kita menunggu saat kita tua?  Lanjut pertanyaan  hati ini  nih, siapa yang menjamin usia kita sampai tua dan siapa yang menjamin hidup kita akan kaya raya. 

Tahukah kita, manfaat shodaqoh menjadi jalan terampuninya segala dosa kecuali dosa syirik. Dosa diibaratkan seperti debu, sedangkan hati diibaratkan cermin.  Jangan dibiarkan dosa-dosa berlalu begitu saja, nanti akan menumpuk seperti gunung. Dosa yang begitu banyak akan menutupi sebuah cermin. 

Akibatnya, cermin terlihat buram yang membuat mata hati kita kurang tajam. Jika dibiarkan penyakit ini, maka hati kita akan mengeras dan membatu.  Apabila hati sudah membatu, maka hidayah sulit menembus ke jiwa seseorang. Ingatlah baik buruknya seseorang ditentukan oleh segumpal hati, maka rawatlah hati kita sehingga cahaya keimanan itu tetap terjaga.

Jika kita sadari bahwa di dalam kehidupan ini, setiap jiwa pasti tidak  terlepas dengan dosa. Dari seluruh panca indra kita, jika tidak optimalkan dengan baik untuk mencari ridha Allah maka seluruh jazad ini akan bergelimpangan penuh dosa. Coba kita bisa intropeksi sendiri untuk satu hari ini saja. Berapa dosa yang telah kita lakukan mulai dari penglihatan, pendengaran, perasaan,  perilaku, serta pikiran kita?

Dosa bermunculan tanpa kita sadari. Dengan penglihatan ini, kita kadang menilai penampilan seseorang. Maaf-maaf kadang yang tidak cocok dengan penglihatan kita, membuat lesan ini memperbincangkan seseorang atau ngrasani dalam istilah jawa. Pasti yang dirasani yang jelek-jelek. Sehingga menjadi ajang ngrumpi. Kita sadar nih, bahwa ngrumpi dosanya seperti memakan bangkai saudaranya. Waah ngeri kali tuh, bahaya ngrumpi. Nah! Mampukah kita bisa memakan bangkai saudara kita? Pasti mual dan muntahlah

Dari penglihatan  nih, dosa yang sering muncul begitu meliat seseorang memakai perhiasan yang berlebihan di hati sering berucap," pamer seperti orang kaya". Kadang seseorang tidak menyadari itulah salah satu penyakit hati. Jangan biarkan syaiton mengaduk-aduk perasaan ini. Beristighfarlah segera, mohon ampun atas kelancangan pikiran yang melintas sekejap mata memandang. Sehingga kita semua bisa terhindar dari sakit hati atau penyakit hati. Begitulah, indahnya islam mengajarkan untuk menjaga hati dengan membiasakan shodaqoh.

Kita sadari kadang hati ini ada penyakit yang harus dibuang jauh akibat olah penerima sadaqoh. Kadang penerima sadaqoh, merasa tidak pernah menerima bantuan kita. Bahkan, penerima sadaqoh menyebut kita dengan perkataan yang tidak enak karena pemberiannya sangat sedikit. 

Kadang kita, dibilang pamer ataubahkan dibilang pelit. Nah disinalah peran iman kita diuji. Jika seseorang mengikuti hati nurani, maka akan keluar perkataan sabar. Kita wajib menentramkan hati ini, karena dengan benda yang bernama hati ini yang menentukan kita beriman atau tidak. Cukuplah sakit hati ini untuk dinyanyikan saja tidak usah dirasakan. Ketahuilah tangan diatas lebih baik dari tangan dibawah, katakan pada hatimu agar penyakit hati itu hilang.

Bershodaqoh yang paling mudah adalah tersenyum. Kadang tersenyumpun seseorang terlalu sulit. Heran juga saya ini,"Kenapa tersenyum itu terlalu sulit? Terlalu sombohkah pribadi seseorang nih sehingga sulit senyum. Coba renungkan diri, mencari pahala paling mudah dengan senyuman yang ikhlas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun