Mohon tunggu...
DT Peduli
DT Peduli Mohon Tunggu... Digital Marketing

Memberdayakan Umat dan memberikan peluang beramal

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal

Santri Pesantren Baitul Quran DT Peduli Jakarta Belajar Menentukan Awal Ramadhan

18 September 2025   13:02 Diperbarui: 22 September 2025   15:37 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Belajar Cara menentukan Awal Ramadhan dengan metode Hisab dan Rukyat (Sumber : DT Peduli)

DTPEDULI.ORG | JAKARTA -- Suasana belajar di Pesantren Baitul Quran Daarut Tauhiid (DT) Jakarta binaan DT Peduli terasa berbeda, pada Rabu (6/8/2025). Santri-santri tidak hanya mendengarkan penjelasan dari ustadz, tetapi juga aktif berdiskusi dalam kelompok.

Para santri membahas materi Menentukan Awal Ramadhan dengan Metode Hisab dan Rukyat yang merupakan bagian dari materi puasa Ramadhan dalam kitab Safinatun Najah. Mereka dibagi menjadi dua kelompok, satu membahas metode hisab dan satunya lagi metode rukyat.

Kelompok rukyat menjelaskan bahwa metode rukyat mengandalkan pengamatan langsung hilal (bulan sabit) dengan mata telanjang atau alat optik. Kelebihannya adalah sesuai dengan praktik Rasulullah Saw. Namun, metode ini sangat bergantung pada cuaca dan kondisi geografis, sehingga hasilnya bisa berbeda antardaerah.

Di sisi lain, kelompok hisab memaparkan bahwa metode hisab menggunakan perhitungan astronomi untuk menentukan posisi bulan. Keunggulan metode ini adalah kepastian waktu yang bisa diketahui jauh-jauh hari, sehingga memudahkan perencanaan. Akan tetapi, metode ini memerlukan ketelitian dan terkadang menimbulkan perbedaan hasil jika kriteria yang digunakan berbeda.

Diskusi semakin menarik ketika ustadz menjelaskan penyebab perbedaan penentuan awal Ramadhan, mulai dari perbedaan kriteria tinggi hilal, lokasi pengamatan, hingga metode yang dipilih oleh setiap lembaga atau negara.

Di akhir kegiatan, Ustadz berpesan agar perbedaan tersebut disikapi dengan bijak. "Perbedaan penentuan awal Ramadhan bukan untuk dipertentangkan, tetapi disikapi dengan saling menghormati dan mengikuti keputusan ulil amri atau pemerintah," ujarnya.

Dengan metode belajar diskusi ini, para santri diharapkan tidak hanya memahami teori fikih, tetapi juga terlatih untuk berpikir kritis, mengemukakan pendapat, dan menghargai perbedaan pandangan. (Eko/Agus ID)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun