Mohon tunggu...
Marjohan Usman
Marjohan Usman Mohon Tunggu...

Saya seorang guru (SMAN 3 Batusangkar), penulis dan juga peduli pada pendidikan Buku saya : SCHOOL HEALING MENYEMBUHKAN PROBLEM SEKOLAH dan GENERASI MASA DEPAN

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Catatan Perjalanan: Istana Maimun di Medan Semraut......!!!

3 Januari 2012   13:33 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:23 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mobil kami berhenti lagi dan kami sholat di Mesjid Al-Hilal di kota kecil Simpang Kawat. Lokasinya di  bengkolan dengan kalu lintas yang cukup ramai. Go on lagi dan setelah beberapa menit kami berhenti di rumah makan Gunung Sari Dua, Simpang Kawat.

Aku makan malam, aku pilih gulai ikan karena ini lebih sehat untuk dikosumsi dibandingkan daging. Aku bergabung dengan Pak Hendra Zuher dan Pak Editi. Total harga nya hampir 70.000 IDR  untuk bertiga.

“Then I am talking  with Mr Ai, saat  mobil melewati kecamatan Pulau  Raja. Lagu dangdut Bang Thoib menghiasi telinga kami”.

Dimana kita sekarang .....oh di  Aek loba. Terlihat kebun  sawiiiit.

Jam 12.00  malam kami berada di daerah  Kabupaten Rantau- Prapat. Terasa kemajuan kota ini  dari lampu jalan yang lebih terang benderang. Jalan  raya lebih anggun. Kotanya  besar ada  orang jual makanan sampai malam  sehingga aku jadi enggan untuk  tidur. Aku merasa rugi kalau  tidak melihat  kehidupan  kota ini di malam hari.

Aku tidak lagi melihat kebun sawit luas yang  bisa menjemukan mata. Sekarang pemandangan  berganti dengan pohon semacam cemara, mungkin bisa untuk industri kertas. Kami berada di kota Aek Nabara dan kotanya besar juga. Disini kami butuh toilet dan kami berhenti di  SPBU Aek Nabara yang sangat, bersih dan  rapi seperti standard Singapura dan Malaysia.

Ternyata tanaman sawit juga mendominasi wilayah ini. O.... ternyata wilayah ini masih masuk Sumatera Utara. Cukup  maju mungin pengaruh kemajuan Propinsi Riau. Kami berada di kota Pinang saat lewat tengah malam.

Ooo sudah hari yang keempat kami pada tanggal  29 Desember 2011 ini. “Ah sudah pukul 1.00  dinihari. Ini berarti hari baru dan aku menulis untuk hari baru ini. Iya jam 2.00  dini hari kami masuk kota Dumai.  Aku tidak memperhatikan  nama- nama dan suasana negeri yang dilalui. Mataku  betul- betul mengantuk.

Mr Ay  sendiri yang membuat inisitif untuk menyusun bagasi pada bangku belakang agar ia bisa duduk dan tidur dengan nyaman, ternyata juga  rebutan dengan guru guru lain- seperti  Pak Yal, Pak  Editi, Pak Henzu,  malah juga dengan Pak kepsek (Pak Rosfairil). Sehingga bila butuh  istirahat Mr  Ay selalu  waspada agar bangku nya tidak ditempati (dikudeta) oleh yang lain.

Ini adalah kali kedua kami tidur dalam bis dalam rute perjalanan yang panjang. Pertama dari  Lubuk  Sikaping menuju Danau  Toba. Dan  yang sekarang dari  Medan menuju Pakan baru. Memang kurang nyaman tidur dalam mobil. Dan tiba tiba mobilku melintas lobang dan kami semua terlambung dari bangku....aku tak tahu kalau  ada wanita yang sedang hamil....ya semoga tidak ada yang keguguran.

Aku bicara tentang tidur dan istirahat yang susah selama perjalanan malam. Aku harus malu dengan Pak Tom (sang sopir)  yang tidak pernah mengeluh sebagai sang sopir. Mr Ay mengakui pak Tom  yang usianya 61 tahun adalah sopir yang hebat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun