Mobil kami berhenti lagi dan kami sholat di Mesjid Al-Hilal di kota kecil Simpang Kawat. Lokasinya di bengkolan dengan kalu lintas yang cukup ramai. Go on lagi dan setelah beberapa menit kami berhenti di rumah makan Gunung Sari Dua, Simpang Kawat.
Aku makan malam, aku pilih gulai ikan karena ini lebih sehat untuk dikosumsi dibandingkan daging. Aku bergabung dengan Pak Hendra Zuher dan Pak Editi. Total harga nya hampir 70.000 IDR untuk bertiga.
“Then I am talking with Mr Ai, saat mobil melewati kecamatan Pulau Raja. Lagu dangdut Bang Thoib menghiasi telinga kami”.
Dimana kita sekarang .....oh di Aek loba. Terlihat kebun sawiiiit.
Jam 12.00 malam kami berada di daerah Kabupaten Rantau- Prapat. Terasa kemajuan kota ini dari lampu jalan yang lebih terang benderang. Jalan raya lebih anggun. Kotanya besar ada orang jual makanan sampai malam sehingga aku jadi enggan untuk tidur. Aku merasa rugi kalau tidak melihat kehidupan kota ini di malam hari.
Aku tidak lagi melihat kebun sawit luas yang bisa menjemukan mata. Sekarang pemandangan berganti dengan pohon semacam cemara, mungkin bisa untuk industri kertas. Kami berada di kota Aek Nabara dan kotanya besar juga. Disini kami butuh toilet dan kami berhenti di SPBU Aek Nabara yang sangat, bersih dan rapi seperti standard Singapura dan Malaysia.
Ternyata tanaman sawit juga mendominasi wilayah ini. O.... ternyata wilayah ini masih masuk Sumatera Utara. Cukup maju mungin pengaruh kemajuan Propinsi Riau. Kami berada di kota Pinang saat lewat tengah malam.
Ooo sudah hari yang keempat kami pada tanggal 29 Desember 2011 ini. “Ah sudah pukul 1.00 dinihari. Ini berarti hari baru dan aku menulis untuk hari baru ini. Iya jam 2.00 dini hari kami masuk kota Dumai. Aku tidak memperhatikan nama- nama dan suasana negeri yang dilalui. Mataku betul- betul mengantuk.
Mr Ay sendiri yang membuat inisitif untuk menyusun bagasi pada bangku belakang agar ia bisa duduk dan tidur dengan nyaman, ternyata juga rebutan dengan guru guru lain- seperti Pak Yal, Pak Editi, Pak Henzu, malah juga dengan Pak kepsek (Pak Rosfairil). Sehingga bila butuh istirahat Mr Ay selalu waspada agar bangku nya tidak ditempati (dikudeta) oleh yang lain.
Ini adalah kali kedua kami tidur dalam bis dalam rute perjalanan yang panjang. Pertama dari Lubuk Sikaping menuju Danau Toba. Dan yang sekarang dari Medan menuju Pakan baru. Memang kurang nyaman tidur dalam mobil. Dan tiba tiba mobilku melintas lobang dan kami semua terlambung dari bangku....aku tak tahu kalau ada wanita yang sedang hamil....ya semoga tidak ada yang keguguran.
Aku bicara tentang tidur dan istirahat yang susah selama perjalanan malam. Aku harus malu dengan Pak Tom (sang sopir) yang tidak pernah mengeluh sebagai sang sopir. Mr Ay mengakui pak Tom yang usianya 61 tahun adalah sopir yang hebat.