Mohon tunggu...
Marius Gunawan
Marius Gunawan Mohon Tunggu... Konsultan - Profesional

Tulisan sebagai keber-ada-an diri dan ekspresi hati

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Surat Wasiat Prabowo, Menolak Pemilu dan Sumpah Tetes Darah Terakhir

15 Mei 2019   05:16 Diperbarui: 15 Mei 2019   06:01 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: jpnn.com

Acara buka data kecurangan  oleh kubu Prabowo yang dibungkus dengan gelaran simposium sangat berbeda dari harapan publik.

Harapan bahwa acara itu sungguh diisi pemaparan data dan fakta yang sah dan valid mengenai kecurangan Pemilu tidak terwujud. 

Simposium justru diisi oleh pidato politik, tuduhan  daur ulang kecurangan yang sudah selalu disampaikan sebelumnya dan klaim kemenangan dengan angka yang diturunkan dari 62% menjadi 54%. Angka kemenangan itu memang sudah disertai jumlah suara yang didapat, namun tidak dijelaskan prosesnya, hanya dikatakan berasal dari C1 dari para relawan. 

Hal yang menarik, ada pernyataan Prabowo untuk membuat surat wasiat. Pernyataannya itu merupakan satu rangkaian dengan seruan menolak hasil Pemilu dan sumpah untuk bersedia berjuang sampai  tetes darah terakhir demi rakyat.

Menjadi pertanyaan, apakah ada hubungan antara wasiat, menolak hasil pemilu dan dan sumpah berjuang sampai tetes darah terakhir ini?

Surat wasiat biasanya dibuat oleh orang, agar pada saat dia sudah meninggal jelas pembagian harta yang dimiliki dan merupakan pesan penting terakhir dari yang bersangkutan.

Dalam konteks ini, kita hanya bisa menduga - duga. 

Apakah Prabowo merasa bahwa inilah saat terakhir dia sebagai seorang politikus sehingga perlu membuat maklumat perjuangannya agar bisa jadi pedoman para pengikutnya?

Atau, jika dihubungkan dengan "menolak hasil Pemilu" dan "berjuang sampai darah terakhir",  wasiat itu hanya sebagai "ancaman" lain, bahwa dia akan mengambil langkah apapun sehingga sudah bersiap dengan segala kemungkinan terburuk?

Kita tunggu saja isi surat wasiat itu. Tapi yang kita harapkan sebagai bangsa, jangan sampai hal ini semakin memperburuk suasana dan ketegangan politik yang ada. Juga apapun yang dilakukan seorang politikus dan negarawan harus dalam koridor hukum yang berlaku.***MG

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun