Mohon tunggu...
Mario F. Cole Putra
Mario F. Cole Putra Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan Siapa-siapa

Orang yang Biasa-biasa Saja

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Di Balik Kekalahan Hendra/Ahsan di Final India Open 2022

17 Januari 2022   00:19 Diperbarui: 17 Januari 2022   00:41 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: kabarbanten.pikiran-rakyat.com

Indonesia hanya menempatkan satu wakil di final India Open 2022. Mereka adalah ganda putra nomor dua dunia, Hendra Setiawan dan Mohammad Ahsan. Namun, malaikat keberuntungan tidak berpihak pada pasangan berjuluk The Daddies ini.

Pada laga final itu, Hendra/Ahsan berhadapan dengan ganda putra tuan rumah, yakni Satwiksairaj Rankireddy/Chirag Shetty. Pasangan India ini berhasil menjadi jawara setelah mengalahkan Hendra Ahsan dengan dua set langsung dengan skor 16-21, 24-26.

Pada laga yang berlangsung di ibu kota New Delhi itu, kedua pasangan ini saling jual beli serangan. Hanya saja, harus diakui bahwa Rankireddy/Shetty tampil lebih dominan. Tampil di rumah sendiri membuat Rankireddy/Shetty tampil tanpa beban dan berani untuk menyerang.

Akan tetapi, ada satu hal yang perlu kita angkat di sini mengenai hal mengapa Hendra/Ahsan bisa kalah. Jika kita menyaksikan secara saksama, pasangan India agak tengil. Dan ketengilan mereka sangat tampak.

Pada banyak kesempatan, terlebih di set kedua, Rankireddy/Shetty suka membuat gangguan dengan menggosok-gosok lapangan menggunakan sepatu. Awalnya terlihat sangat biasa dan normal. Tetapi, lama-kelaman memunculkan maksud.

Hasil gosok-gosok itu, menimbulkan efek. Pertama, bunyi yang dihasilkan dari gosok-gosok itu sangat mengganggu konsentrasi. Apalagi, tempat mereka berlaga sangat sepi sehingga bunyi yang dihasilkan sangat besar.

Kedua, aksi gosok-gosok sepatu di lanpangan tepok bulu itu membawa efek menunda. Aksi Rankireddy/Shetty itu, dalam pertandingan final tersebut, sangat sering dilakukan ketika pasangan Hendra/Ahsan hendak melakukan service. Efek dari menunda itu adalah juga mengganggu konsentrasi Hendra/Ahsan. Berbeda ketika mereka sendiri yang hendak melakukan service.

Aksi Rankireddy/Shetty adalah bagian dari strategi. Merusak konsentrasi lawan adalah bagian dari cara untuk melumpuhkan lawan. Barangkali, hasil gosok-gosok alas ke permukaan lapangan agak sedikit mengaduk emosi Hendra/Ahsan. Dan, strategi itu berhasil.

Sebenarnya, hal yang demikian bukan sekali terjadi dalam dunia bulu tangkis. Indonesia punya yang lebih tengil lagi. Siapa lagi kalau bukan Kevin Sanjaya. Aksinya benar-benar merusak konsentrasi sekaligus merusak emosi lawan. Karena buyarnya konsentrasi dan hilangnya kontrol emosi, permainan lawan menjadi tidak karuan.

By the way, ketika menyaksikan ketengilan Rankireddy/Shetty, terlintas di kepala soal bagaimana kalau Rankireddy/Shetty bertemu Kevin/Marcus. Seandainya saja partai final itu mempertemukan Rankireddy/Shetty vs Kevin/Marcus, pasangan India itu malah yang akan termakan emosi.

Awas kalau ketemu Kevin/Marcus!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun