Pagi tadi, Selasa (29/6), saya menonton Euro 2020, laga babak 16 besar antara Kroasia vs Spanyol. Pada laga itu, saya mendukung Kroasia. Dan ternyata, setelah Kroasia tersingkir, sedih juga rasanya melihat tim kesayang pulang.
Ketika Portugal pulang setelah dikalahkan Belgia, seorang teman menulis di story whatsapp-nya "RIP PORTUGAL". Saya tahu kalau teman saya ini mendukung Belanda.
Lalu saya DM ke dia setelah mengetahui bahwa Belanda juga pulang kampun. "No, Belanda ke mana?". Teman saya ini menjawab, "Lagi ke Rumah Sakit.. hahaha".
Setelah itu, saya tidak membalas pesannya tadi. Saya tidak ingin menertawakannya. Alasannya sederhana, saya tidak ingin saya ditertawakan teman saya yang satu ini. Yah, rupanya saya takut karma juga.. hahah..
Hari pertandingan antara Kroasia vs Spanyol pun tiba. Saya begitu deg-degan ketika melihat para pemain memasuki lapangan, sembari dalam hati saya bilang, "Pasti Kroasia lolos, Kroasia harus lolos".
Setelah kedua tim menyanyikan lagu kebangsaan, dan kamera menayangkan beberapa pemain dan penonton, wasit meniupkan pluitnya tanda kick off. Selepas kick off, saya kembali deg-degan.
Permainan Spanyol cukup menambah rasa deg-degan itu karena mereka sangat lama menguasai bola. Yah, itulah kekhasan Spanyol.
Akan tetapi, penguasaan bola dan tekanan dari Spanyol membawa petaka untuk mereka di menit ke-20. Hal itu berawal dari umpan Pedri kepada Unai Simon. Sang kipper tidak mampu menahan bola dengan baik, maka terjadi gol.
Melihat hal nyeleneh yang dibuat para pemain Spanyol itu membuat saya lega dan senang. Lumayan, Kroasia bisa bernafas lega karena sudah unggul satu gol. Saya bisa duduk sandar di kursi dengan nyaman.
Tetapi, sial. Saya tidak begitu nyaman. Spanyol memang jagonya kuasai bola. Menit ke-38 Spanyol berhasil menyamakan kedudukan lewat Pablo Sarabia. Apes rasanya. Dan babak pertama berakhir 1-1.