Mohon tunggu...
Mario ChrisnandoHermawan
Mario ChrisnandoHermawan Mohon Tunggu... Lainnya - Murid

Suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Baru yang Lama

6 Januari 2023   08:43 Diperbarui: 6 Januari 2023   08:45 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Waktu berjalan tak kenal henti, musim berganti musim waktu terus berjalan dan tak kita sadari detik berubah menjadi menit, menit berubah menjadi jam, jam berubah menjadi hari berubah menjadi bulan, bulan berubah menjadi tahun, dan tahun berubah menjadi kenangan. Orang terus berkata bahwa kita haru menjaga pandangan kita lurus ke masa depan, ke masa yang akan datang dan bukan yang telah datang.  Namun, tak bisa kita pungkiri ada bagian bagian kecil dari diri kita ini yang merindukan masa lalu, masa yang dimana semua ha jauh lebih mudah, jauh lebih simpel. Namun nasi telah menjadi bubur, yang lalu tak bisa kembali, da layaknya segala hal, sejarah telah mengajarkan kita bahwa hal baru selalu datang dengan cara yang bisa dikatakan keras, selalu datang menendang pintu depan dengan keras. Yang kita bisa lakukan hanyalah sekedar berdoa dan berharap bahwa masa ini lebih baik dari masa yang sebelumnya.  

Tahun baru kali ini, tak terasa berbeda dari tahun tahun sebelumnya, tentu saja tak ada yang berbeda selain bau asap kembang api yang tercium di penghujung hari. Rembulan bulan malam yang menyinari langit tahun baru sekali lagi bersembunyi dibalik awan awan tebal dan kabut malam yang dingin, hujan turun menyelimuti tahun baru yang 'bahagia' ini.  

Berpesta menyelenggarakan akhir tahun jauh diatas gedung pencakar langit bersama mereka yang berdasi meminum sedikit alkohol dan tertawa tawa bersama tema maupun keluarga, mungkin itulah tahun baru yang ideal bagi kebanyakan orang. Maupun mulut berkata kemewahan bukanlah kebahagiaan, seringkali hati berkata lain. Cukup aneh bukankah, merayakan akhirnya sebuah tahun, merayakan sebuah milestone bahwa kita 1 tahun lebih dekat ke tamatnya kisah hidup kita di dunia ini. Mungkin itulah mengapa diriku ini tidak terlalu menyukai perayaan tahun baru.  

Hujan yang turun dari langit menghantam atap rumahku pada malam itu, tetesan tetesan air hujan jatuh pada jendela kamarku yang gelap itu, satu satunya yang menjadi sumber chaya pada saat itu hanyalah cahaya bulan samar yang bersinar menembus awan awan gelap malam. Cahaya dan suara petasan menandai akhirnya tahun, langit yang seakan akan dipenuhi oleh warna yang cerah, suara ledakan petasan yang menjaga banyak orang tetap bangun.  

Akan tetapi, semua kebahagiaan itu hanya bertahan selama beberapa jam. Tampaknya orang orang mempunyai pikiran yang sama, mungkin tahun baru bukanlah hal yang spesial, mungkin itu hanyalah malam seperti malam malam lainnya, hanya hari seperti hari hari lainnya. Apapun itu, malam tahun baruku bukanlah sebuah malam yang spesial, bukanlah malam yang dipenuhi dengan glamor dan pesta, malam tahun baruku hanyalah malam biasa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun