Mohon tunggu...
M Arifin Pelawi
M Arifin Pelawi Mohon Tunggu... Akuntan - PNS

Mahasiswa PhD yang dibiayai LPDP

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tumpah Ruah Pendidikan Tinggi

5 November 2020   12:28 Diperbarui: 5 November 2020   12:35 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengeluarkan kebijakan pendidikan baru yang cenderung mengarah pada mekanisme pasar. Kebijakan ini tertuang pada Pemendikbud Nomor 3 tahun 2020 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi. Inti utama dari Permendibud ini adalah menyiapkan mahasiswa menjadi produk jadi untuk pasar tenaga kerja. Keterampilan dan kompetensi kerja merupakan mantra utama.

Labaree (1997) menyebutkan bahwa pendidikan sebagai pemberi persiapan keterampilan untuk bekerja sebagai alat persaingan di dunia kerja bisa berbahaya pada pencarian pengetahuan dan menanamkan kebenaran. Hal ini didasari dari pencarian keterampilan dari sekolah bisa dengan mudah menjadi bertumpu pada kredensial. Hal ini juga terjadi ketika partisipasi tentang ketrampilan untuk bersaing di dunia kerja maka siswa akan berubah menjadi konsumen.

Sebagai konsumen mereka akan mencari sebanyak mungkin apa yang pendidikan bisa lakukan kepadanya sebagai individu tanpa mengindahkan kepentingan individu yang lain. Sehingga mereka berusaha akan untuk terus melakukan perbandingan antara produk mana yang akan memberikan mereka hasil yang lebih baik.

Sementara seperti yang dikatakan oleh mantan presiden Harvard university, Derek Bok (2003), bahwa calon mahasiswa tidak bisa membandingkan universitas mana yang memberikan kualitas pendidikan terbaik tapi hanya bisa melihat kredensial terbaik.

Kualitas pendidikan tidak mudah diketahui oleh siswa. Mereka tidak bisa mencoba dahulu produk dari universitas untuk mengetahui apakah pendidikan yang diberikan oleh dosen dan sistem pendidikannya sesuai dengan dirinya sebelum berpartisipasi di lembaga pendidikan pilihannya.

Kedua hal ini berakibat pada pencarian untuk partisipasi pada perguruan tinggi tidak karena kualitas pendidikan itu sendiri akan tetapi lebih pada prestige. Perguruan tinggi tidak beda dengan pakaian atau tas. Kualitasnya tidak ditentukan lagi oleh mana yang memiliki kualitas terbaik sehingga memberi fungsi maksimal tetapi efek dari brandnya terhadap prestige si pemakai.

Hal ini menyebabkan universitas besar lebih fokus pada penelitian bukan memperbaiki pengajaran. Dosen peneliti bisa terkenal di seluruh dunia dengan karyanya. Sementara dosen yang menjadi pengajar yang baik hanya akan dikenal pada tingkat fakultasnya atau paling top pada universitas.

Bagi universitas, seorang pengajar yang baik namun peneliti yang buruk tidak terlalu berguna untuk menambah kredential bagi lulusan mereka. Pihak universitas akan lebih menghargai peneliti tingkat dunia walaupun ia memiliki akuntabilitas yang buruk di ruang perkuliahan. Hasil penelitian akan membantu uniuversitas mendapatkan ranking yang tinggi dan juga nama besar di kalangan dunia pendidikan.

Nama besar ini juga akan membatu universitas mendapatkan siswa dengan kualitas terbaik dan tentu saja lebih mudah menghasilkan lulusan yang menurut dunia kerja berkualitas. Hal yang sekali lagi membatu universitas untuk menumpuk kredibilitas menjadi lebih baik.  

Mengajar untuk memberikan pengetahuan dan mengajarkan kebenaran kepada mahasiswa membutuhkan pengajar yang baik walau bukan peneliti yang baik. Ketika mencari kesempurnaan bahwa seorang pengajar merupakan peneliti yang baik maka itu bukan hal yang mudah dilakukan. Mereka sumber daya yang sangat langka.

Seorang peneliti yang baik terkadang sangat fokus pada penelitiannya dan sangat jarang bisa membagikan waktu dengan mahasiswa dan memberi bantuan kepada seluruh mahasiswanya atas kesulitan yang mereka hadapi. Seorang pengajar yang baik harus rela memberikan sebagian besar waktunya untuk mencari tahu kebutuhan dan kesulitan dari siswanya. Hal ini terjadi karena kebutuhan tiap personal mahasiswa berbeda. Sebagai pengajar yang baik maka perhatian kepada individu harus ada selain kepada keseluruhan kelas atau yang terbaik saja. Menyeimbangkan kebutuhan atas waktu penelitian dan mengajar bukan hal yang mudah karena waktu dan energi manusia sangat terbatas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun