Pagi ini, aku cukup banyak melihat.Sikap manusia yang mungkin secara tidak sadar mereka tidak mengerti apa yang mereka lakukan atau memang harus begitu tidak bisa tidak.
Berangkat subuh dari Rangkasbitung kota kecilku dengan Comuter Line dengan tujuan menjalankan rutinitas Cuci Darah suami di salah satu Rumah Sakit di Jakarta.Aku melihat dan merasakan sulitnya sosial distancing diterapkan.Duduk yang berjarak pun terkalahkan dengan pemikiran bahwa ada kursi kosong kenapa harus berdiri.Tanpa memikirkan kondisi yang sedang merebak saat ini,atau memang karena mereka kurang mengetahuinya ya?
Kalau boleh dan bisa,kami ingin di rumah saja untuk memutus rantai penyebaran virus ini.Tapi bagaimana dengan Proses cuci darah yang harus dilakukan suami seminggu 2x.Dengan berat hati kami tetap berjuang seakan akan Menjadi Manusia super yang tetap menerobos di tengah wabah ini .
Kami bekali tubuh kami dengan Kekebalan tubuh,sering cuci tangan,menggunakan masker,handsanitizer atau apapun yang bisa kami lakukan supaya bisa menghindari paparan virus ini.
Walaupun seakan akan kami sudah menjadi manusia super,ada rasa khawatir dan was was dalam diri kami,karena banyak di sekitar kami tingkat kesadarannya termasuk kurang.
Kebanyakan masih melakukan aktifitas diluar rumah tanpa masker, berkerumun di tempat tempat biasa berkumpul.Ah, rasanya prihatin kalau memikirkan semua itu,disisi lain virus ini semakin menyebar.
Tetapi kami tetap berharap wabah ini cepat berlalu,sehingga tatanan sosial yang sudah terbentuk akan kembali normal.Akan ada lagi  orang bersalam salaman saat bertemu,cipika cipiki,berpelukan penuh kehangatan sesama teman. Senyum dibibir akan terlihat kembali,tidak ada rasa was was dan kecurigaan diantara kami.
Semoga Damai kembali di atas bumi ini.