Mohon tunggu...
Mariani Sutanto
Mariani Sutanto Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog yang berkecimpung dalam parenting, perkembangan anak hingga remaja, dan eksplorasi diri.

Lakukan hal-hal kecil dengan cinta yang besar (Ibu Teresa)

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kejarlah Mimpimu, Muchacho! Review Film "Coco"

8 Desember 2017   05:55 Diperbarui: 8 Desember 2017   08:07 1412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anak sering tidak tahu mengapa ia dilarang menyukai sesuatu, padahal di sekelilingnya orang bebas melakukan hal itu.  Film "Coco" memperlihatkannya  dengan gamblang. Berlatar belakang kehidupan dalam masyarakat Meksiko, film ini mengemukakan  sejarah masa lalu yang tidak menyenangkan dalam keluarga lakon utama. Hal ini yang diulik sedemikian rupa hingga sejarah kelam dapat terurai dan keluarga mengalami pemulihan.

Demikianlah perjalanan keluarga Rivera diceritakan, hingga menjadi keluarga penghasil sepatu terkemuka. Seluruh keluarga hidup dari membuat sepatu. Di keluarga ini ada tetua keluarga yang hidup enggan mati pun tak mau, yang dipanggil dengan Mama Coco. 

Film ini dimulai dengan hari Arwah Orang Mati. Dikisahkan bahwa orang-orang yang sudah meninggal harus dipajang fotonya dan pada hari itu semacam tempat pajangan foto keluarga harus dimeriahkan oleh bunga-bunga tertentu. Bunga ini menjadi jembatan yang menghubungkan dunia orang mati dengan dunia orang hidup.

Adalah seorang anak bernama Miguel dari keluarga Rivera yang rupanya punya kesenangan yang sangat dibenci oleh keluarga Rivera itu, karena leluhur keluarga pergi meninggalkan istri dan anaknya demi mengejar karir dalam dunia musik. Istri dan anak yang ditinggalkan itu akhirnya hidup dari memproduksi sepatu. Sejak itu musik dan memainkan alat musik menjadi hal yang tabu dalam keluarga itu. Namun, panggilan jiwa seni Miguel tak mampu dihambat oleh tabu keluarga. Dengan berbagai cara ia mencari cara untuk eksis di dunia musik.

Suatu kali ia melihat ada lomba bermusik yang hadiahnya lumayan, manggung di alun-alun kota dan memperoleh penghargaan bergengsi dari legenda musikus daerah itu. Sayang, syaratnya setiap orang yang mau tampil harus memiliki alat musik sendiri. Dari sini kisah sebagian besar film berlangsung, ketika Miguel mengambil paksa gitar sang legendaris yang sudah meninggal dan menyebabkan ia masuk ke dunia orang mati.

Perjalanan Miguel di dunia orang mati jalin menjalin dengan keinginan Miguel bertemu dengan sang legendaris yang diyakininya sebagai kakek buyutnya. Namun pertemuan dengan seluruh anggota keluarga Rivera yang sudah meninggal, akhirnya membuka satu per satu kebusukan yang selama ini dipendam dan menyebabkan salah paham besar di dalam keluarga Rivera.

Film yang semula berkisah tentang beban masa lalu yang harus ditanggung oleh seorang Miguel, di pertengahan film berubah menjadi cinta seorang ayah yang terpaksa tak sampai kepada putrinya karena dalam usahanya kembali ke keluarga, ia dibunuh oleh sang legendaris yang mencuri semua lagu ciptaannya.

Rasa ingin tahu dan daya juang seorang anak yang membuat sejarah masa lalu tersingkap dan relasi antar anggota keluarga dapat dipulihkan. Sekali pun ia sangat ditentang oleh neneknya untuk bermain musik, Miguel tetap menurutkan kata hatinya. Ia rela bersembunyi di mezanin untuk menyelesaikan gitarnya. Ketika kata hatinya tak bisa lagi menolerir perbuatan neneknya yang sewenang-wenang, maka ia memilih kata hatinya, walau pun harus meninggalkan keluarga tercintanya.

Lalu, bagaimana dengan judul film yang "COCO" bukannya "MIGUEL"? Ternyata, Coco adalah anak perempuan kecil yang ditinggal pergi ayahnya untuk menurutkan keinginannya meraih ketenaran lewat musik. Sepanjang hidupnya Coco menunggu kembalinya papa, yang ternyata tak pernah kembali karena dibunuh oleh sang Legendaris Musik saat ia pamitan untuk pulang. 

Coco yang sudah tak berdaya dan duduk di kursi roda, kembali bergairah ketika Miguel yang kembali dari dunia orang mati menyanyikan lagu Papa Hector di hadapan Coco. Airmatanya kembali mengalir dan kemudian ia mengeluarkan buku kenangannya. Di buku itulah potongan foto papa Hector ditemukan. Saat itu Miguel diyakinkan bahwa kakek leluhurnya adalah Hector bukan sang Legendaris Musik.

Film ini mengajarkan dengan lembut kekuatan memaafkan. Dengan memaafkan hidup kembali menjadi indah dan relasi yang rusak dipulihkan. Beban hati yang selama ini memberatkan langkah pun dapat diringankan dengan memaafkan. Dan hal ini terjadi karena ada seorang anak yang gigih mengejar mimpinya dan dalam perjalanannya itu ia mendamaikan orang-orang yang selama bertahun-tahun hidup dengan beban berat dalam hati mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun