Mohon tunggu...
Maria G Soemitro
Maria G Soemitro Mohon Tunggu... Freelancer - Volunteer Zero Waste Cities

Kompasianer of The Year 2012; Founder #KaisaIndonesia; Member #DPKLTS ; #BJBS (Bandung Juara Bebas Sampah) http://www.maria-g-soemitro.com/

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Mampukah Jokowi Mengembalikan Kejayaan Tanah Pasundan?

23 Juli 2018   08:27 Diperbarui: 12 Agustus 2018   09:23 2358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Bumi Pasundan lahir ketika Tuhan sedang tersenyum" ---M.A.W Brouwer

Gemah ripah loh jinawi, kalimat harapan yang acap ditujukan bagi kekayaan sumber daya alam Indonesia agar  penduduknya sejahtera, makmur, damai dan tentram.

Tak terkecuali Jawa Barat, provinsi seluas 37.174 km2, yang memiliki  364 gunung, dan dialiri 53 sungai besar. Namun kenyataan  jauh dari harapan.

Alih-alih menjadi sumber kehidupan rakyat, sungai Citarum dinobatkan sebagai salah satu sungai terkotor di dunia.

Provinsi Jawa Barat juga menduduki peringkat pertama sebagai daerah "pengekspor" buruh migran/TKI. 

Keberuntungan di negeri orang nampaknya  lebih menjanjikan dibanding tanah kelahiran.  Padahal seperti kita ketahui, negara tujuan buruh migran bukanlah negara dengan kekayaan alam yang melimpah.

"Mengembalikan kejayaan tanah Pasundan melalui pembangunan infrastruktur merupakan tekad  Pemerintah Jokowi" kata  Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi dalam Dialog Nasional pada tanggal 18 Maret 2018. Gelaran akbar yang melibatkan 3000 peserta dan berlangsung di Bale Asri Pusdai Kota Bandung.

Merunut sejarah, provinsi Jawa Barat yang kerap disebut tanah Pasundan atau tanah Parahyangan sangatlah jaya. Dipercaya sebagai tempat bersemayam para  hyang (dewa) pernah berdiri kerajaan --kerajaan yang mampu mengayomi rakyatnya dalam kondisi  gemah ripah loh jinawi. Salah satunya  adalah kerajaan Tarumanegara.

Dalam Prasasti Tugu tertulis mengenai kehidupan ekonomi petani dan peternak yang sejahtera setelah dibangun  saluran Gomati dan saluran Candrabagha. Saluran-saluran tersebut bermanfaat untuk pengairan dan penanggulangan banjir.  Sehingga kehidupan ekonomi rakyat menjadi  makmur, aman dan sejahtera.

Anehnya di  era milenial, dari jumlah penduduk berjumlah 48.037.600 jiwa (data BPS tahun 2017), lebih dari 4 juta jiwa hidup dalam garis kemiskinan.

Diperparah lagi dengan data Dinas Kesehatan Jabar dengan tingginya angka stunting akibat gizi buruk pada balita yang mencapai 29,2 %, sementara WHO  menetapkan batas toleransi stunting 20 % dari total balita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun