"Minum banyak-banyak, supaya besok jangan kehausan"
Sering mendengar anjuran tersebut di bulan puasa? Atau bahkan sering melakukannya pada anak/kerabat? Faktanya kebutuhan cairan yang dibutuhkan tubuh  selama bulan puasa tidak berkurang atau bertambah. Tubuh manusia memerlukan sekitar 2,5 liter air dalam sehari.  Di bulan puasa, kebutuhan akan cairan bisa dipenuhi pada saat berbuka, malam hari dan waktu sahur.
Mitos dahaga  kemungkinan karena badan sering  terasa lemas dan bibir pecah-pecah selama berpuasa di bulan Ramadan.  Hal yang tidak perlu terjadi jika cukup mengonsumsi cairan, baik berasal dari air minum maupun makanan.Â
Juga melakukan tindakan preventif berikut:
Baca juga: Gara Gara Mitos di Bulan Puasa
Menghindari makanan asin dan pedas
Ngga asyik makan jika tidak pedas, itulah saya. Masakan terasa hambar jika tidak pedas,  baik berasal dari sambal atau cabe rawit. Khususnya cabe rawit merah yang acap disebut cengek  domba di tanah Pasundan. Â
Cabe rawit hijau tak terasa pedas di lidah saya. Berbeda dengan cabe rawit domba,  perbandingannya 1 : 20 antara cengek  domba dan cabe rawit hijau. Tak heran harganya pernah melambung  hingga menyamai harga daging sapi dan sukses membuat Menteri Pertanian kalang kabut ketika ditanya wartawan.
Akibat tidak mampu mengerem penggunaan cabe rawit domba dalam masakan, Â beberapa kali saya terkena diare selama bulan puasa kali ini. Lemas sekali rasanya, kepala berputar serasa mau pingsan, disebabkan cairan terbuang dan tubuh mengalami dehidrasi. Solusinya ya Cuma satu, harus menghindari makan masakan pedas selama bulan puasa.
Makanan pedas juga membuat mulut serasa haus sepanjang hari. Sedangkan makanan asin membuat mulut jadi kering, bibir berpotensi pecah-pecah karena cairan tubuh diserap garam. Beberapa jenis makanan kaya garam adalah makanan cepat saji, makanan instan, dan makanan kaleng.
Membatasi minum kopi