Mohon tunggu...
Maria G Soemitro
Maria G Soemitro Mohon Tunggu... Freelancer - Volunteer Zero Waste Cities

Kompasianer of The Year 2012; Founder #KaisaIndonesia; Member #DPKLTS ; #BJBS (Bandung Juara Bebas Sampah) http://www.maria-g-soemitro.com/

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama FEATURED

Yuk, Dukung Atlet Indonesia di Asian Para Games 2018

29 Desember 2017   10:08 Diperbarui: 9 Oktober 2018   21:12 7303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Asean Para Games (sumber: leverage.sg)

Dengan pilu, seorang kawan bercerita bahwa tiba-tiba kursi rodanya terasa berat, sulit diayun sehingga dia gagal meraih medali kejuaraan.

"Padahal hadiahnya lumayan, bu".

Mungkin, karena terlalu berambisi untuk menang itulah mendadak dia mengalami kendala. Sungguh berlawanan ketika sesi latihan. Semua lancar, sehingga pelatih dan teman-temannya sangat yakin bahwa Yani, nama teman saya tersebut,  akan berhasil meraih salah satu medali.

Yani merupakan salah satu atlet paralympic.  Menurut wiki, paralympic adalah pertandingan olah raga dengan berbagai nomor untuk atlet yang mengalami cacat fisik, mental dan sensorial. Cacat ini termasuk dalam ketidakmampuan dalam mobilitas, cacat karena amputasi, gangguan penglihatan dan mereka yang menderita cerebral palsy.

Paralympic menjadi sangat penting karena penyandang cacat (kemudian kita kenal dengan penyandang difabel -- kemampuan berbeda/disabilitas- disability) mempunyai bakat dan minat yang sama dengan yang bukan penyandang disabilitas. Namun hambatan yang menghadang  mereka, puluhan kali lipat lebih banyak.

Termasuk apresiasi masyarakat atas prestasi mereka. Masyarakat seolah tak tahu bahwa banyak saudaranya yang berlaga di kancah internasional paralympic dan berhasil menorehkan prestasi.  Bisa dilihat dari cuitan para netizen di twitter pada ajang Paralimpiade 2016 di Rio de Janeiro, Brasil. Atlet angkat besi Ni Nengah Widiasih yang berhasil meraih perunggu hanya mendapat  2.100 cuitan pada 8 hingga 10 September 2016.

Ni Nengah Widiasih (kanan) sumber: liputan6.com
Ni Nengah Widiasih (kanan) sumber: liputan6.com
Sungguh berbeda dengan apresiasi yang diperoleh atlet angkat besi Sri Wahyuni, peraih perak bagi  Indonesia di Olimpiade Rio 2016. Saat itu atas keberhasilannya, ia mendapat lebih 44.100 cuitan pada periode 7 hingga 9 Agustus 2016. Demikian pula dengan atlet angkat besi Indonesia,  , Eko Yuli Irawan, peraih medali perak di kelas 62kg di  Olimpiade Rio. Tidak kurang dari 39.300 cuitan tentang atlet asal Lampung ini. 

Wartawan olahraga senior Indonesia, Atman Ahdiat menilai kurangnya perhatian dan apresiasi masyarakat terhadap prestasi atlet paralimpiade, karena pertandingan dan perlombaan paralimpiade bagi sebagian orang tidak menarik. "Kita harus akui itu," tuturnya.

"(Selain itu), karena besarnya persepsi masyarakat yang secara sadar atau tidak, masih membeda-bedakan kaum difabel, masih diskriminatif." (sumber)

Sungguh menyedihkan bukan?

Padahal kita, saya, Anda dan siapapun yang kini non disabilitas, setiap saat berpotensi menjadi disabilitas. Karena kecacatan tidak hanya sejak lahir, tapi juga diakibatkan kecelakaan lalu lintas, bencana alam serta sebab lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun