Kalau saya beranggapan bahwa saya seorang laki-laki saja, saya merasa kurang dan tidak adil dengan tubuh saya - Rianto
Kesenian Lengger khas Banyumas, Jawa Tengah, sudah aku ketahui semenjak aku duduk di bangku SMA kelas 10.
Aku ingat betul, ketika pertama kali aku diberi sebuah naskah monolog "Penari Lengger" karya Rodli TL dari pelatih Teaterku, Pak Agus namanya. Pada saat itu, aku sedang duduk di lantai yang dingin ketika sedang beristirahat setelah selesai melakukan pemanasan  fisik sebelum mulai latihan olah rasa.
Beliau menyuruhku untuk memerani lakon dari naskah itu untuk lomba Festival Monolog Pelajar di Kabupaten Purworejo, tempat asal dimana aku dilahirkan dan mengenal kesenian sejak kecil. Mulai dari Tari Tradisional hingga Seni Pertunjukan.
Wah, sungguh senangnya hatiku. Merasa tertantang untuk memerakan lakon itu, menari sembari bermain peran. Beliau juga bercerita, seluk beluk dari naskah itu yang merupakan kisah dari penari lengger perempuan. Sayangnya, sudah dua minggu berjalan aku latihan dengan naskah itu, kemudian Pak Agus memutuskan untuk mengganti naskahku dengan judul Lilin'98 karya Hendrik Agustian.
Sontak aku merasa sedikit kecewa. Tetapi ya, sudahlah tidak apa-apa. Aku sudah merasa cukup senang bisa menyelami perasaan menjadi Lasmi. Kemudian, ketika hari dimana keterampilan peranku diuji, aku juga merasa tertarik melihat peserta lain ternyata ada yang membawakan naskah "Penari Lengger" tersebut.
Aku sungguh menikmati pertunjukan naskah "Penari Lengger" itu, sembari membayangkan  aku memerankan lakon tersebut. Tentunya, menurutmu hal ini bukan suatu permasalahan bukan? Setidaknya, aku sudah mengenal Lasmi itu seperti apa selama dua minggu menggeluti naskah tersebut.
Kalau boleh berpendapat, kesenian lengger bagiku sangat unik. Lengger tidak hanya ditarikan oleh seorang perempuan saja, melainkan juga seorang laki-laki. Wow! Bagiku merupakan suatu hal yang wajar saja, karena seni itu bukan tentang jenis kelamin, melainkan tentang kebebasan berekspresi.
Kemudian, ketika jagat raya mulai gempar pada tahun 2019 lalu, karena ada film yang bisa dibilang kontroversial sempat ditayangkan di bioskop namun banyak pihak yang memperdebatkan karya tersebut. Akhirnya, perasaanku mulai girang ketika film yang kontroversial tersebut terinspirasi kisah seorang penari lengger lanang bernama Rianto.