Mohon tunggu...
Maria Agnes Indah Puspitowaty
Maria Agnes Indah Puspitowaty Mohon Tunggu... Sekretaris - Ex-Sekretaris Gereja Katolik di Yogyakarta

"Aku adalah aku. Aku bukan Dia. Tapi aku mau seperti Dia"

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Pentingnya Mudik bagi Para Pekerja Sektor Informal

22 April 2021   10:20 Diperbarui: 22 April 2021   13:02 553
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lebaran masih sekitar 23 hari lagi. Hiruk pikuk persiapan samar-samar mulai terasa. Memang tidak sedahsyat saat normal. Kita masih dalam kondisi memprihatinkan. Masa pandemi 14 bulan tanpa kejelasan kapan akan berakhir. Sungguh menyedihkan. Pandemi seakan telah menghambat satu-satunya adat kebiasaan yang hanya ada di Indonesia yakni mudik.


Pemerintah sebegitu pobianya akan merebaknya kembali covid jika liburan dibebaskan. Tampaknya segala peraturan disiapkan secara serius untuk tahun ini. Mulai dari penyusutan hari libur lebaran yang dipangkas sampai kepada pelarangan mudik di tanggal 6 sampai 17 Mei 2021. 

Bahkan para kepala daerah sudah menggaungkan pula peraturan untuk mencegah para pendatang. Sedemikian takutnya sampai-sampai merekapun memberikan "ancaman-ancaman karantina" bagi mereka yang nekad mudik. Bahkan ruas-ruas jalan tertentu akan dijaga ketat oleh para personil polisi. Bisa apa kalau sudah begini.


Oleh karena itu tidak mengherankan bila dalam beberapa minggu ini sudah mulai banyak pemudik yang memenuhi tempat-tempat transportasi yang akan mengantar mereka menuju ke kampung halaman. Siapakah mereka ini.


Bisa kita tebak bahwa mereka inilah para pekerja informal. Mereka bisa mudik kapanpun karena tidak terikat jam kerja kantoran. Mereka adalah para pekerja yang mengadu nasib di kota besar menjadi pedagang dan penjual. Betapa pentingnya mudik bagi mereka ini.


Mereka biasanya tinggal di suatu tempat bersama rekan-rekannya. Kontrak rumah di satu tempat sedemikian rupa hingga kesannya berdesak-desakan. Setiap hari berjuang tanpa merasakan beban di tubuh dipaksa untuk bekerja seharian bahkan sampai malam. Bisa dibayangkan tidak hanya fisik tapi mental mereka juga lelah. Hasil jualan mereka sisihkan sedikit demi sedikit bukan tanpa tujuan. Mereka berharap tabungan ini dipakai untuk mudik dan berlebaran dengan sanak saudara di kampung. Momen inilah yang tidak bisa mereka tinggalkan.


Kebutuhan untuk berkumpul dengan keluarga yang dirindukan tentu bukan hal yang aneh. Setahun sebelumnya rencana mudik sudah dirancang dengan segala kebahagiaan yang sudah mereka bayangkan. Betapa pedih hati mereka kalau peraturan itu juga menutup pintu bagi mereka untuk mudik.


Mungkin para kepala daerah dengan pihak-pihak yang terkait perlu menyiapkan pencegahan-pencegahan guna mengantisipasi pertambahan kasus covid-19 dengan membuat peraturan yang lebih bijaksana. Sehingga para pemudik bisa berlebaran dengan keluarga di kampung dengan nyaman. Tanpa menimbulkan ketakutan-ketakutan bagi keluarganya dan warga setempat.
Selamat menikmati Lebaran dengan suasana yang berbeda tapi tetap penuh makna.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun