Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Arsitek - Pensiunan Dosen

Ayurveda Hypnotherapist

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Intelektual Memecah; Intelejensia Menyatukan

23 Februari 2024   06:30 Diperbarui: 23 Februari 2024   15:51 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Penerbit Gramedia

Intelektual masih berurusan dengan bagian luar atau bagian yang tampak. Singkat kata intelektual hanya mengurusi kebendaan dan kenyamanan indrawi. Bila kita hanya melihat kulit luar, maka yang terlihat adalah perbedaan. Suka atau tidak suka; senang atau benci adalah dualitas yang ada di kulit luar. Intelektual memecah belah karena memang inilah pikiran manusia pada umumnya. Banyak dari kita belum memahami hal ini.

Sedangkan intelejensia atau kecerdasan lebih melihat atau memperhatikan segala hal di balik yang terlihat. Esensi dari benda atau ritual. Inilah sebabnya spiritual sangat terkait erat dengan spirit dan jauh urusannya dengan ritual. Sepi dari ritual, mungkin lebih cocok.

Intelejensia menyatukan karena merupakan ekspresi dari sifat alam.  Dengan mudah kita bisa melihat gejala ini pada media sosial. Bila kita jeli, maka akan dengan gampang membaca komentar pada media sosial atau postingan yang dibuat atau dituliskan oleh teman. Selanjutnya, perhatikan komentar yang menanggapi. Sedikit sekali yang memberikan tanggapan membangun atau konstruktif. Komentar bersifat konstruktif atau menyatukan lahir dari intelejensia. Komentar menunjukkan pribadi dari orangnya. Bila tanggapan atau komentarnya menyejukkan, ini berarti orang tersebut telah memiliki pengembangan intejensia. Karen yang dilontarkan itulah cerminan pribadi dalam diri.

Cara Pandang Atau Pola Pikir Para Suci

Saya selalu akan terus berupaya ingat yang disampaikan oleh Rabiah Aldawiyah. Ketika beliau ditanya: 'Mengapa Rabiah tidak bisa membenci setan?' Rabiah menjawab: 'Dalam hatiku seluruhnya terisi kasih pada Dia Hyang Maha Suci. Dan tidak ada kata setan dalam perbendaharaan kata di hatiku.'

Demikian juga, suatu ketika nabi Isa ditanya oleh seorang murid beliau: 'Tadi ketika ada orang memakimu, mengapa tidak Kau balas Rabbi?'

Nabi Isa menjawab: 'Aku tidak lagi memiliki mata uang kebencian untuk menanggapi hal seperti itu.'

Singkat kata yang disampaikan oleh para suci merupakan cerminan yang ada dalam dirinya. Bila dari dalam baik, maka yang disampaikan juga baik atau bermanfaat bagi orang banyak. Inilah sifat alam dari intelejensia; menyatukan kepntingan bersama.

Dalam buku This is Truth That too is Truth by Svami Anand Krishna, dituliskan:

Mind (atau gugusan pikiran dan perasaan) memecah belah, intelejensia mempersatukan. Mind mendiskriminasikan secara harfiah atau luaran, sedangkan intelejensia memilah dan membedakan tindakan yang tepat dari yang tidak tepat. 


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun