Mohon tunggu...
Margono Dwi Susilo
Margono Dwi Susilo Mohon Tunggu... Administrasi - PNS

Pendidikan : SD-SMP-SMA di Sukoharjo Jawa Tengah; STAN-Prodip Keuangan lulus tahun 1996; FHUI lulus tahun 2002; Magister Managemen dari STIMA-IMMI tahun 2005; Pekerjaan : Kementerian Keuangan DJKN

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kartosoewiryo dan Yusuf Tauziri

17 Februari 2017   13:33 Diperbarui: 17 Februari 2017   13:47 1539
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

            Sering terjadi, musuh terkuat adalah sahabat terdekat. Ini berlaku bagi Kartosoewiro, sang Imam Negara Islam Indonesia (NII) dan Yusuf Tauziri. Persahabatan itu terjalin sekitar 20 tahun. Kiai Yusuf Tauziri mengenal Kartosoewiryo ketika menjadi anggota Dewan Sentral Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII) pada sekitaran tahun 1931-1938. Hubungan mereka akrab. Yusuf adalah salah seorang penasehat utama sekaligus guru Kartosoewiryo dalam hal ilmu keislaman. Keluarga keduanya juga dikenal sebagai pejuang melawan penjajah Belanda.

            Desember 1948, Belanda melancarkan agresi militer II terhadap Republik Indonesia. Soekarno-Hatta dan kabinetnya ditangkap. Kondisi ini dijadikan alasan bagi Kartosoewiryo untuk mempropagandakan bahwa Republik sudah tamat. Kondisi ini membulatkan tekat sang Imam untuk memproklamasikan  NII pada tanggal 7 Agustus 1949. Proklamasi itu merupakan muara dari cita-cita Karto untuk mendirikan Darul Islam. Ideologi yang dikumandangkan ringkas, bahwa penjajah Belanda adalah kafir, dan karena yang ada kini Republik Indonesia, maka republik dipandang telah kafir pula.  

            Selain masalah ideology, pengamat juga yakin bahwa pendirian NII dipicu oleh pendirian Negara Pasundan oleh Belanda, dan perjanjian Renville (17 Januari 1948) yang sangat merugikan republik. Salah satu point perjanjian Renville adalah kewajiban bagi Tentara Indonesia untuk mundur ke belakang garis Van Mook. Ini berakibat semua tentara republik di Jawa Barat (terutama Devisi Siliwangi) harus hijrah ke Jawa Tengah. Kartosoewirjo bersama laskarnya (Sabilillah dan Hizbullah) menolak hijrah, dan bersikukuh tinggal di Jawa Barat. Dengan demikian, terjadi vacuum of power di Jawa Barat yang digunakan oleh Karto untuk menguasai Jawa Barat secara De Facto.

            Saat Devisi Siliwangi long march kembali ke Jawa Barat sesuai Perintah Siasat nomor 1 Jenderal Sudirman tanggal 9 Nopember 1948, terjadi friksi dengan laskar Karto. Berkobarlah perang segitiga yang memilukan : TNI-NII-Belanda.

           Yang menarik, saat Karto mengumandangkan proklamasi NII (DI/TII) orang pertama yang menentang adalah Yusuf Tauziri, sahabat sekaligus penasehatnya. Ini tentu pukulan bagi Karto. Yusuf Tauziri adalah pemimpin pesantren Darussalam Desa Cipari, Wanaraja, Garut, Jawa Barat. Karto terkejut tatkala menemukan orang terdekatnya, politikus islam, penganut islam sejati, justru menolak Negara islam. Kiai Yusuf Tauziri berprinsip, “gagasan mendirikan Negara Islam dengan meninggalkan Republik terlalu jauh.” Pesantren Darussalam dianggap melawan Imam NII Kartosoewirjo. Apalagi pesantren Darussalam menjadi tempat berlindung penduduk yang tak mau memberikan hartanya (pajak perang) kepada Darul Islam. Dalam garis politik NII, melawan imam adalah mati.

           Posisi Desa Cipari dengan keberadaan Yusuf Tauziri tentu merupakan duri dalam tubuh NII (DI/TII). Bagaimana tidak? Priyangan Timur – berbeda dengan Priyangan Barat yang lebih pro Republik –  dengan Garut dan Tasikmalaya sebagai pusatnya, adalah basis terkuat DI/TII. Dan, tentulah aneh jika di daerah basis dibiarkan suatu enclave yang setia pada Republik. Tidak ada kata lain, Yusuf Tauziri harus dihabisi.

           Pesantren Darussalam menjadi target. Pada periode 1949-1958, pasukan NII (DI/TII) menyerang desa Cipari lebih dari 46 kali. Dan serangan terbesar dilakukan pada 17 April 1952. Tujuan serangan untuk menghabisi Yusuf Tauziri, keluarga serta pengikutnya. Serangan mencongkel duri. Serangan menghabisi guru yang tidak lagi sejalan.

           Kabar penyerangan itu telah berhembus dari mulut ke mulut. Malam pasca sembahyang isya desa itu sunyi senyap. Sebagian besar warga telah mengungsi ke Pesantren Darussalam. Ternyata pasukan DI/TII Kartosoewirjo datang lebih cepat. Kentongan ditabuh bertalu-talu. Sekitar 3.000 pengikut Karto menyerbu desa dari segala penjuru. Target utama pesantren dan Yusuf Tauziri. Pertahanan luar dengan mudah jebol. Beberapa rumah dibakar. Desingan peluru menghujani pesantren.

           Di dalam komplek pesantren, Yusuf Tauziri mengatur komando menahan serangan. Ia berdiri di puncak menara masjid, lalu melempar granat. Para santri di bawah bersiaga dengan senapan dan batu. Tidak mudah menahan gempuran. Pesantren hanya punya 7 senapan dan dua peti granat. Karena kurang peluru, Kiai Yusuf Tauziri memerintahkan anak buahnya hanya menembak jika ada musuh yang mendekat. Menurut saksi mata, jumlah penyerbu enam kali lipat dari pihak yang bertahan.

            Suara sholawat dan takbir bergema di dalam masjid, bercampur dengan tangisan perempuan dan anak-anak, manakala penyerbu berusaha membobol tembok barat masjid dengan granat. Usaha itu gagal. Tembok masjid terlalu tebal. Serangan mulai surut. Pertahanan pesantren tidak bisa ditembus. Tentara Siliwangi datang membantu. Menjelang subuh penyerbu mundur.

            Dalam pertempuran itu, empat pengawal pesantren dan tujuh penduduk Cipari tewas. Serbuan ini menimbulkan kengerian penduduk. Mereka menemukan lusinan mayat di sawah dan empang. Bahkan air kolam di sekitar pesantren berwarna kemerahan. Dari 50 rumah semi permanen di sekitar masjid, hanya tiga yang utuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun