Pada tanggal 16-17 Desember 2021 Selebram asal Indonesia, Laura Ana telah tiada, dikremasi di Rumah Duka Grand Heaven Jakarta dan dilarungkan abu mayat di Laut lepas Ancol oleh pihak keluarga dari Laura Ana.
Kremasi dan pelarungan abu mayat bukan hanya ritual sekali yang dilakukan oleh keluarga Laura Ana untuk mendiang Laura Ana, namun sudah dilakukan beratus kali hingga berjuta kali.
Di berbagai daerah di Indonesia masih melakukan ritual kremasi dan pelarungan abu mayat yang salah satunya adalah Bali. Penyebutan istilah kremasi di Bali disebut dengan "Ngaben" sejak masuknya era kerajaan Majapahit masuk ke Bali pada abad ke-13.
"Ngaben" merupakan sebuah ritual keagamaan Hindu yang paling komplit karena terdapat unsur gotong royong, pengorbanan, penghormatan terhadap leluhur, penglibatan massa secara besar, termasuk jumlah sub upacara dan sesaji yang harus disiapkan.
Bagi masyarakat keturunan tionghoa di penjuru wilayah di Indonesia terutama penganut agama Buddha, mereka wajib melakukan kedua ritual tersebut baik kremasi maupun pelarungan abu mayat yang tujuannya sebagai salah satu tradisi dalam proses pemakaman orang tionghoa baik keluarga, kerabat maupun teman dan salah satu bentuk dari rasa penghormatan dan pelepasan jiwa seseorang. Istilah yang mereka gunakan adalah "Tyuet Suah".
Kremasi dan pelarungan abu mayat di laut dapat bisa dikatakan sebagai sarat akan nilai tradisi dan nilai budaya. Kedua proses ritual tersebut sebagai bentuk dari sebuah penghormatan secara khusus terhadap leluhur baik itu keluarga, kerabat maupun teman yang sudah tiada. Kedua proses ini juga tak pernah lekang oleh waktu dan akan selalu dilestarikan secara terus-menerus.
Sumber: