Mohon tunggu...
Mardety Mardinsyah
Mardety Mardinsyah Mohon Tunggu... Freelancer - Pendidik yang tak pernah berhenti menunaikan tugas untuk mendidik bangsa

Antara Kursi dan Kapital, antara Modal dan Moral ? haruskah memilih (Tenaga Ahli Anggota DPR RI)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kurikulum Paradigma Baru, Bersaing dengan IQ Gorilla

9 Desember 2021   07:41 Diperbarui: 9 Desember 2021   07:44 713
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika tersiar berita bahwa Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) menawarkan kurikulum paradigma baru pada tahun 2022  menggantikan  Kurikulum 2013 (K-13), saya gembira  mendengar berita ini. Kurikulum paradigma baru ini  disebutkan lebih fokus pada materi yang esensial dan tidak terlalu padat materi, persis seperti yang diharapkan dulu oleh  almarhum dosen saya Slamet Iman Santoso.

Beberapa tahun yang lalu dosen saya di Filsafat UI, almarhum Dr. Slamet Iman Santoso, Bapak Psikologi Indonesia, dalam suatu diskusi kelas filsafat pernah mengatakan  bahwa kualitas pendidikan di Indonesia sangat rendah, karena pembelajaran di sekolah tidak  fokus pada materi yang esensial tapi  padat materi, sehingga guru  tidak memiliki  waktu untuk pengembangan karakter dan kompetensi siswa. Institut Keguruan ilmu Pendidikan  (IKIP) yang memproduksi para guru  perlu bertanggungjawab terhadap masalah ini, guru berkualitas siswa cerdas, lanjut Almarhum.

Kurikulum paradigma baru yang ditawarkan Pemerintah  mengandung dua hal  penting  untuk meningkatkan kecerdasan siswa, yaitu  kegiatan intrakurikuler dan kegiatan proyek. Dalam kurikulum paradigma baru ada kegiatan intrakurikuler berupa tatap muka dalam kelas dan ada kegiatan proyek yang dilakukan untuk mencapai Profil Pelajar Pancasila. Kurikulum Paradigma Baru  tidak menetapkan jam pelajaran perminggu seperti yang selama ini berlaku dan tidak berbasis materi. Kurikulum yang memiliki materi yang terlalu banyak, menyebabkan guru tidak bisa mengembang karakter dan kompetensi siswa dan tidak ada ruang bagi siswa untuk memahami materi dan  melakukan refleksi pembelajaran.

Dengan kurikulum paradigma baru ini, tentu kita mengharapkan  kurikulum yang  padat materi dengan  sistem hapalan tidak ada lagi. Guru memiliki  waktu untuk pengembangan karakter dan kompetensi siswa sehingga dapat meningkatkan kemampuan literasi dan kecerdasan siswa.

Bicara tentang kecerdasan, saya dapat tulisan menarik di sosmed yang diposting  seorang nitizen yang mungkin ada korelasinya dengan rencana penerapan kurikulum paradigma baru di Indonesia. Tulisan itu begini bunyinya.  

Setelah Mao wafat, Deng tampil berkuasa. Yang pertama dia lakukannya  berkunjung ke AS. Di sana Deng bertanya kepada profesor AS.

 " berapa IQ manusia normal." Tanya Deng

" 90-109 " jawab profesor

" Berapa IQ orang AS .?

" diatas 100 rata 98". Ya di-atas IQ Gorilla yang IQ nya berkisar 75-95 & Simpanse 30-50", jelas profesor.

Setelah kembali dari lawatan di AS, Deng minta agar di-adakan Test IQ rata-rata Orang - China. Hasilnya, 80-90. Deng Terkejut. Bagaimana China bisa bersaing kalau IQ nya setara dengan Gorilla. Deng bertanya kepada ahli Pendidikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun