Mohon tunggu...
Mardety Mardinsyah
Mardety Mardinsyah Mohon Tunggu... Freelancer - Pendidik yang tak pernah berhenti menunaikan tugas untuk mendidik bangsa

Antara Kursi dan Kapital, antara Modal dan Moral ? haruskah memilih (Tenaga Ahli Anggota DPR RI)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bohong Itu Merusak Otak

28 April 2020   08:33 Diperbarui: 28 April 2020   08:35 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Manusia itu makhluk berpikir. Pikiran dibentuk oleh pengetahuan, pengalaman dan informasi. Sekarang banjir informasi, jadi pikiran lebih banyak dibentuk oleh informasi yang diserap. Kualitas seseorang ditentukan oleh informasi yang ada dalam otaknya. Pasokan informasi dapat merubah jalur jalur syaraf.  Sekarang ini, Informasi terutama di sosial media merupakan tempat bersembunyi berbagai kebohongan.  

Penerima dan pengelola informasi adalah otak. Otak yang ampuh mampu memilih dan menilai informasi. Kecanggihan teknologi, membutuhkan SDM yang siap. Maka itu, perlu menata ulang  cara kita berpikir. Hidup sehat  bukan sekedar  fisik namun juga pikiran. Bohong itu merusak otak.

Teknologi maju menghadirkan neuroteknologi yang memungkinkan manusia untuk lebih mengoptimalkan fungsi otak.  Otak adalah organ manusia yang sangat misterius. Otak pengendali sistem saraf dan sumber kepribadian dan pengontrol semua fungsi otomatis tubuh, seperti bernapas, berkedip, detak jantung, proses pencernaan, juga bertanggung jawab pada seluruh proses kehidupan.

Otak mengandung bermilyar-milyar  sel saraf yang disebut neuron. Neuron-neuron berkomunikasi satu sama lain dengan menggunakan sinyal listrik dan membentuk sambungan kimiawi dalam jejaring serat saraf.  Komunikasi antar neuron inilah  bertanggungjawab pada setiap pikiran, ingatan, gerakan dan fungsi  otak lainnya.

Dalam masa pandemi corona ini, informasi  simpang siur  membuat orang ketakutan dan tidak mau berpikir. Kebohongan yang bersembunyi dalam informasi ditelan mentah-mentah. Tradisi click and share yang telah dibiasakan selama ini, telah menghilangkan deep thinking.  Emosi bergerak lebih cepat dari pikiran. Banyak yang menjadi pengekor ( follower) yang tumpul kesadaran kritisnya.

Informasi bohong di media sosial  membahayakan kesehatan  otak. Ada pihak-pihak yang  menyarankan agar  membatasi penggunaan media sosial. Menonaktifkan penggunaan media sosial dapat meningkatkan kekuatan otak yang dibutuhkan untuk melawan covid 19.

Perubahan kualitatif kecerdasan bangsa pasti dambaan kita semua. Dulu kita berharap, reformasi membawa perubahan kualitatif dalam berpikir dan cara hidup masyarakat.  Ternyata  reformasi tidak bertenaga. Kualitas masyarakat  reformasi tidak jauh dari  Orde Baru.  Bahkan masyarakat reformasi mudah tergoda dengan informasi tak jelas. Orang cepat terangsang dengan omongan provokatif dan hoaks.  Kebohongan dijadikan alat untuk mencapai tujuan. Yang  hebat berbohong akan menjadi lebih kuat untuk mengatur kebenaran. 

Sebagian orang pernah mengimajinasikan bagaimana kehidupan  di masa depan.  Apakah akan terjadi perang nuklir dengan bumi hancur lebur dan udara penuh radiasi. Ataukah manusia harus melawan mesin-mesin cerdas (robot) yang menjadi otonom, lepas dari kendali.  Atau manusia saling membunuh dan sebagian pindah ke  planet lain, karena isi bumi telah  padat .  Kita tidak pernah membayangkan pandemi corona yang datang meminta korban nyawa manusia.

Pada kesempatan ini, mari kita himbau para pendidik, intelektual dan  politisi untuk bergerak meningkatkan kualitas  pikir masyarakat. Jangan lagi melatih masyarakat dengan  karakter  instan, seperti mengupas kulit bawang, isinya tidak ada. Berfikir dengan nalar yang sehat harus dibiasakan mulai dari ruang domestik hingga ke ruang publik.  Bila hal ini tidak cepat disadari, kita akan mewariskan generasi lemah, karena bohong itu merusak otak.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun