Mohon tunggu...
Marcel Nicky Arianto
Marcel Nicky Arianto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Electrical Engineering Enthusiast

Saya merupakan mahasiswa Teknik Elektro Institut Teknologi Sepuluh Nopember, saat ini sedang mengikuti program Magang Kampus Merdeka di Kementerian ESDM dalam program GERILYA (Gerakan Inisiatif Listrik Tenaga Surya).

Selanjutnya

Tutup

Nature

PLTS Atap: Apakah "Worth It" Untuk Dipasang?

26 Februari 2022   22:29 Diperbarui: 26 Februari 2022   22:30 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi PLTS Atap Skala Residensial (Sumber: Pexels)

Emisi karbon merupakan tantangan yang harus dihadapi seluruh umat manusia pada masa kini. Bagaimana tidak? Emisi karbon ini amat berdampak pada perubahan iklim di bumi ini. Emisi karbon menjadi kontributor perubahan iklim bersama dengan emisi gas rumah kaca. Emisi gas secara berlebihan akan menyebabkan pemanasan global atau efek rumah kaca.

Perkembangan teknologi di sektor energi sangat penting bagi keberlangsungan hidup manusia dan lingkungan yang ditinggalinya. Perkembangan di bidang energi baru dan terbarukan (EBT) tentunya didorong penuh oleh seluruh masyarakat di dunia, tidak terkecuali pemerintahannya. Pemerintah di seluruh dunia juga menetapkan kebijakan, target, dan mengimplementasi energi baru dan terbarukan di negara-negaranya, tidak terkecuali Indonesia.

Indonesia kaya akan sumber daya alam. Potensi energi Indonesia dari sumber yang terbilang baru dan terbarukan terhitung mencapai 417,8 GW, yang berasal dari samudera (arus laut) sebesar 17,9 GW, panas bumi sebesar 23,9 GW, bioenergi sebesar 32,6 GW, bayu (angin) sebesar 60,6 GW, hidro (air) sebesar 75 GW, dan solar (matahari) sebesar 207,8 GW.

Sebaliknya, pemanfaatan sumber energi yang terealisasi baru sebesar 7.490,88 GW (1,8%) yang mana terdiri atas panas bumi sebesar 2.101,1 MW, bioenergi sebesar 119,4 MW, bayu (angin) sebesar 131 MW, hidro (air) sebesar 5.059 MW, dan matahari hanya sebesar 80,23 MWp dan pembangkitan listrik bertenaga arus laut belum dikembangkan.

Dari data tersebut, terlihat bahwa Indonesia belum sepenuhnya memanfaatkan potensi sumber energi yang ada dari alam. Pemanfaatan potensi sumber energi dari matahari dengan skala residensial diperkirakan dapat mengurangi emisi karbon sebanyak kurang lebih 1,36 ton CO2e setiap kWp (Kilo Watt peak) yang dipasang.

Oleh karena itu, kita sebagai masyarakat umum, perlu mendorong pemanfaatan energi surya skala residensial. Pemanfaatan energi surya skala residensial ini berupa solar rooftop PV. Rooftop PV adalah sistem pembangkit listrk tenaga surya (PLTS) yang dipasang di atap bangunan seperti rumah, kantor, hingga lapangan terbuka yang ada pada atap suatu bangunan. Selain tidak memakan banyak ruang di darat, sistem PLTS ini sangat berguna untuk penghematan tagihan listrik konsumen.

Pada umumnya, sistem PLTS atap terhubung secara langsung ke jaringan PLN melalui inverter (sinusoidal maupun PWM). Ketika daya dari sistem PLTS tersebut melebihi load atau beban, maka kelebihan daya akan dikirimkan ke jaringan PLN. Sebaliknya jika kekurangan daya, maka dari PLN akan menyuplai kekurangan daya kepada konsumen. Listrik yang dihasilkan PLTS atap dapat "dijual" ke PLN dengan sistem Net Metering yang artinya menyimpan kelebihan energi sebagai deposit untuk bulan selanjutnya.

Sistem PLTS atap ada beberapa tipe berdasarkan pemasangannya, yaitu sistem PLTS atap miring, atap datar, sistem PLTS terintegrasi dengan atap langsung, sistem PLTS yang tampak pada bagian depan bangunan, dan juga sistem PLTS pada lapangan/area terbuka. Selain itu, berdasarkan arah pemasangannya ada flat roof yang menghadap satu arah dan timur-barat, serta tilted roof yang menghadap semua arah dan mengikuti bentuk atap (dengan atap berbahan zinc).

Ada beberapa keunggulan dari penggunaan PLTS atap, beberapa di antaranya adalah menghemat pengeluaran untuk listrik, memberikan kontribusi untuk pelestarian lingkungan, dan juga mudah untuk dilakukan perawatan peralatan. Dengan menggunakan PLTS atap, konsumen dapat mengurangi ketergantungan terhadap listrik PLN, selain itu dapat menghemat tagihan listrik hingga sebesar 40%. Kemudian, dengan menggunakan PLTS atap, konsumen dapat mereduksi pengeluaran emisi karbon yang dihasilkan untuk menghasilkan tenaga listrik sebesar 1,36 ton CO2e per kWp terpasangnya. Terakhir, investasi pemasangan PLTS atap ini dapat bertahan hingga 25 tahun, sehingga tidak perlu terlalu banyak perawatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun