Mohon tunggu...
Afifuddin lubis
Afifuddin lubis Mohon Tunggu... Pensiunan PNS -

Selalulah belajar dari siapapun

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mencermati Ucapan Ngabalin "Dalam Konsep Agama, Pemerintah Tidak Boleh Difitnah dan Dicaci Maki"

25 Mei 2018   05:05 Diperbarui: 25 Mei 2018   05:18 850
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ditengah tengah kebebasan berbicara sekarang ini maka menjadi hal yang lumrah apabila kita sering mendengar kritik yang kadang kadang berbau fitnah yang ditujukan kepada pemerintah.Tidak hanya kritik yang berbau fitnah malahan juga caci maki kepada pemerintah bukanlah barang asing lagi untuk negeri ini.

Hal hal yang demikian bisa terjadi karena dibukanya kran kebebasan berbicara dan mengkritik sejak reformasi bergulir. Menyimak hal hal yang demikian saya jadi bertanya ,apakah kebebasan seperti itu memang yang kita kehendaki. Pertanyaan yang demikian diikuti pertanyaan lainnya apakah dengan cara cara yang demikiankah baru sebuah negara dinyatakan demokratis. Mengemuka juga pertanyaan dalam hati ,apakah cara mengkritik seperti itu masih sejalan dengan budaya bangsa yang selalu dikatakan punya nilai nilai kesantunan,keadaban dan kesopanan.

Mungkin di masyarakat barat , cara cara seperti itulah yang dipraktekkan.Tetapi apakah cara tersebut cocok dan sejalan dengan budaya bangsa kita.

Dalam pandangan saya ,penerapan demokrasi dengan segala perangkatnya seharusnya juga mempertimbangkan nilai nilai yang dianut bangsa ini.

Selain nilai nilai budaya yang berurat berakar dimasyarakat kita ,bangsa ini juga dikenal sebagai masyarakat yang religius. Sepanjang yang saya pahami nilai nilai yang diajarkan oleh agama tentu nya harus juga terpancar dalam kehidupan demokrasi kita. Mungkin kombinasi dari hal hal tersebut lah yang menghasilkan budaya demokrasi pada sebuah negara.

Selanjutnya saya juga merenung seperti apa sesungguhnya cara cara mengkritik yang mengacu kepada nilai nilai Islam. Andainya ada kebijakan atau perbuatan pemerintah yang dianggap tidak sesuai lalu bagaimana nilai nilai Islam menuntun kita dalam penyampaian kritik tersebut.

Memang dalam ajaran Islam ada disebut " Katakanlah yang benar itu walaupun pahit".Implementasi dari hal ini seperti apa.Apakah langsung konfrontatif dengan pemerintah atau ada cara lain untuk menyampaikannya.

Dalam suasana bertanya seperti itu maka menjadi menarik bagi saya untuk mencermati ucapan Ali Mochtar Ngabalin  yang baru saja diangkat sebagai Tenaga Ahli Utama Kedeputian IV bidang Komunikasi Politik dan Diseminasi Informasi Kantor Staf Presiden.

Seperti diketahui ,Ngabalin juga adalah seorang muballigh.Ia telah malang melintang diberbagai organisasi massa yang berbasiskan Islam ,diantaranya ia pernah menjadi Ketua Persaudaraan Pekerja Muslim Indonesia ,Ketua Badan Koordinasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia.Ngabalin juga adalah seorang politisi.Ia anggota DPR RI tahun 1999-2004 dari Partai Bulan Bintang.Sekarang ia aktip di Partai Golkar.

Seperti dikutip dari Kompas.com ,24/5/2018 ,Mochtar Ngabalin menyatakan dalam konsep agama ,rakyat sebenarnya tidak boleh melontarkan cacian kepada pemerintah.

"Pemerintah dalam konsep agama ,itu tidak boleh difitnah ,tidak boleh dicaci maki.Di Al -Qur'an itu ,pemerintah adalah representasi Tuhan dimuka bumi " ,ujar Ngabalin di kompleks  Istana Presiden ,Jakarta ,Kamis ( 24/5/2018).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun