Mohon tunggu...
Afifuddin lubis
Afifuddin lubis Mohon Tunggu... Pensiunan PNS -

Selalulah belajar dari siapapun

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Mochtar Ngabalin Masuk Lingkaran Istana, Langkah Taktis yang Tepat Jelang Pilpres

23 Mei 2018   16:51 Diperbarui: 26 Mei 2018   19:40 3334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(KOMPAS.com/ABBA GABRILLIN)

Saya termasuk pengagum Ali Mochtar Ngabalin karena konten dakwah yang disampaikannya selalu aktual dan menarik. Pilihan kata yang digunakannya juga sangat tepat. Ia mampu menguraikan sesuatu dengan lancar disertai kemampuan retorikanya yang lumayan sehingga membuat Ngabalin banyak dikagumi oleh anak-anak muda.

Sepanjang yang saya cermati apabila sosok kelahiran Fak Fak ini sedang berdakwah atau tabligh di Medan, para pengunjung selalu padat. Saya mulai mendengar dan kemudian memperhatikan gerakannya ketika ia muncul dalam sidang sidang MPR tahun 1999.

Dalam pandangan saya Ngabalin termasuk bintang pada sidang sidang tersebut. Saat itu ia menjadi anggota DPR/MPR dari Partai Bulan Bintang (PBB) yang dipimpin oleh Yusril Ihza Mahendra.

Setelah sekian lama aktif di PBB, kemudian ia pindah menjadi aktivis Partai Golongan Karya. Ketika terjadi perpecahan besar di Partai Golkar tahun 2014-2016, Ngabalin termasuk kubu pendukung Abu Rizal Bakrie yang berseberangan dengan kubu Agung Laksono. Ia cukup vokal membela Abu Rizal.

Pada masa itu ketika menjadi narasumber di sebuah stasiun televisi, Ngabalin mengolok olok seorang petinggi Golkar dari kubu Agung Laksono. Oleh karena Agung Laksono menggelar Munas Golkar tandingan di Ancol maka melalui siaran TV itu, Ngabalin menyebut Munas Ancol adalah Munas abal abal, Munas yang tidak sah.

Tidak terima dengan perlakuan yang demikian karena mengarah kepada saling ancam akhirnya berbuntut kepada benturan fisik pada sebuah acara Golkar di salah satu hotel di Jakarta. Pada masa itu dan pada masa sebelumnya Ngabalin juga bukanlah sosok pendukung Jokowi. Pada Pilpres 2014, ia dikenal sebagai juru Kkmpanye pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.

Malahan menurut berita Tribunnews.com tertanggal 21Juni 2014, Kuasa Hukum calon presiden Jokowi-Jusuf Kalla pada 21 Juni 2014 telah melaporkan Juru Kampanye Nasional Prabowo Subianto-Hatta Rajasa yakni Ali Muchtar Ngabalin kepada Bawaslu Papua dan Polda Papua terkait kampanye hitam dan penghinaan kepada Jokowi.

Salah satu pernyataannya telah mengeluarkan kata kata penghinaan dengan menyatakan "Jangan pilih calon presiden yang kurus kerempeng".

Dengan posisinya yang demikian tentu menarik untuk menyimak pertimbangan apa yang membuat istana menariknya masuk ke lingkaran Istana.

KOMPAS.com memberitakan Ali Mochtar Ngabalin kini dipercaya menjadi tenaga ahli utama Kepala Staf Presiden (KSP). Ngabalin mengutarakan, ia bertugas di bawah Deputi IV KSP yang membidangi Komunikasi Politik dan Diseminasi Informasi. Tugasnya adalah mengomunikasikan berbagai pencapaian pemerintah.

Menilik kepada tugasnya ini tidak berlebihan kalau mengatakan Ngabalin punya kompetensi di bidang itu apalagi ia sangat kuat pada komunikasi verbal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun