Mohon tunggu...
Afifuddin lubis
Afifuddin lubis Mohon Tunggu... Pensiunan PNS -

Selalulah belajar dari siapapun

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tut Wuri Handayani kepada Generasi Millenial

2 Mei 2018   04:38 Diperbarui: 2 Mei 2018   06:50 663
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi. (kompas.com)

Ditetapkannya Tanggal 2 Mei sebagai Hari Pendidikan Nasional mengacu kepada tanggal lahir Raden Mas Surwadi Suryaningrat yang kemudian kita kenal sebagai Ki Hajar Dewantara. Ki Hajar Dewantara dilahirkan di Yogjakarta pada 2 Mei 1889.

Ki Hajar adalah tokoh pendidikan nasional yang pada masa kolonial telah mendirikan lembaga pendidikan " Taman Siswa".Pada masa itu Taman Siswa merupakan lembaga pendidikan yang cukup berwibawa dan disegani.Di lembaga pendidikan ini jiwa dan semangat kebangsaan disemai dengan bagus. Ki Hajar mengajarkan 3 prinsip dalam pengajaran yakni ,1).Ing Ngarsa Sung Tulodo ,didepan memberi keteladanan,2). Ing Madyo Mangun Karso,ditengah memberi inspirasi dan 3). Tut Wuri Handayani ,di belakang memberi tuntunan.

Prinsip ketiga ini kemudian dijadikan sebagai semboyan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Secara bebas kiranya tidak salah menapsirkan prinsip ini mengandung pesan ,berilah kebebasan kepada anak didik untuk mengembangkan kemampuan pribadinya dan seorang pendidik hanya berfungsi untuk mengarahkan agar potensi anak didik  dapat berkembang secara optimal. 

Prinsip ini kelihatannya sangat tepat ditrapkan pada generasi millenial. Secara sederhana karakter generasi milienial dilukiskan sebagai generasi yang ditandai dengan penggunaan dan keakraban dengan komunikasi,media dan teknologi digital.Selanjutnya dinyatakan generasi ini terkesan lebih individual,cukup mengabaikan masalah politik ,fokus pada nilai nilai materialistis dan kurang peduli untuk membantu sesama dibandingkan dengan generasi sebelumnya.

Tentu tidaklah dapat dinafikan setiap generasi akan punya karakter tersendiri . Banyak faktor yang memengaruhi karakter itu dan faktor faktor itu jugalah yang membuat perbedaan karakter antar generasi. Kalau dicermati ,generasi sekarang ini mempunyai kemudahan untuk mengakses informasi dibandingkan dengan generasi 20 tahun yang lalu.

Misalkan 20 tahun yang lalu itu seorang siswa diberi pekerjaan rumah oleh seorang guru sejarah dan hanya dengan menyebut kata kunci " Siapakah Eisenhower". Seorang siswa yang diberi tugas itu harus berpikir panjang terlebih dahulu tentang apa yang harus dilakukannya untuk mendapat jawaban yang sesuai.

Untuk mendapat jawaban ,si siswa dapat melakukan upaya,1) .bertanya kepada orang lain,2). pergi ke perpustakaan atau juga,3) .melihatnya di ensiklopedia. Tetapi untuk melakukan langkah yang demikian tentu butuh waktu.

Namun sekarang dalam hitungan detik ,seorang siswa akan dapat dengan cepat menemukan jawaban mengenai Eisenhower. Mudahnya'memperoleh informasi itu bisa menumbuhkan sikap kurang serius untuk mendalami sesuatu karena dengan bantuan internet segala sesuatunya menjadi mudah untuk memperoleh informasi. Dalam anggapan saya ,pada tarap tertentu generasi masa kini akan lebih sedikit membaca buku dibandingkan generasi sebelumnya.

Ketergantungan bahkan kecanduan menggunakan internet dapat menumbuhkan sikap berkurangnya interaksi dengan pihak lain sehingga lahirlah pribadi pribadi yang kurang peduli dengan orang lain.Setiap sosok menjadi lebih individualis. Tidaklah salah ungkapan yang menyatakan gawai membuat yang jauh semakin dekat dan yang dekat semakin jauh.

Pribadi yang individualis tidaklah selamanya jelek. Sering dari sebuah pribadi yang individualis lahir gagasan gagasan besar.Gagasan yang demikian pada awalnya mungkin dianggap nyentrik ataupun aneh bahkan mendapat kecaman. Walaupun mendapat kecaman tetapi pribadi yang individualis itu tetap akan kokoh dengan pendiriannya karena ia merasa tidak perlu harus mendengar pendapat maupun komentar orang lain.

Selanjutnya kalau dibandingkan dengan generasi masa lalu dalamhalmana peran guru sangat dominan untuk memperoleh pengetahuan.Masa kini walaupun tidak disebut berkurang tapi ada dan mudah memperoleh pengetahuan tanpa harus mengandalkan guru. Dalam konteks yang demikianlah maka peran pendidik yang tepat dalam generasi milienial ini cukuplah dalam posisi  " Tut Wuri Handayani".

Selamat Hari Pendidikan Nasional!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun